Selasa, 10 Maret 2015

RUTAN CITY

Genap tiga minggu aku berada di Polsek Kotagede, tanggal 29 November 2012, aku dipindah ke Rutan City (rumah tahanan kota). Pemindahanku bersama Hard dikawal polisi tiga orang, aku duduk di depan di samping polisi yang gendut lagi..lagi lagi gendut wkwkw..dari Polsek Kotagede yang menyetir mobil sedangkan Hard diborgol dan diapit dua orang polisi dan duduk di belakang.

Mobil sedan polisi meluncur ke Kejaksaan untuk pelimpahan berkas perkara. Di Kejaksaan, aku dan Hard menjalani pemeriksaan oleh jaksa yang menangani perkaraku. Dengan dikawal dua orang polisi, aku menjalani pemeriksaan oleh jaksa itu bersama Hard. Pertama aku diinterogasi tentang kasusku, bagaimana bisa terlibat di dalamnya, setelah itu Hard juga diinterogasi. Setelah selesai pertanyaan jaksa yang dijawab aku dan Hard, kami menandatangani berkas-berkas yang berkaitan dengan kasus kami dan kami kemudian digiring keluar menuju tempat tunggu untuk kemudian dibawa menuju ke Rutan kota. Karena aku perempuan sendiri, di kejaksaan sebagai tahanan aku kemudian disuruh menunggu di kantor jaksa, tidak ditahan bersama tahanan pria lain sedangkan Hard bersama dengan tahanan pria lainnya ditaruh di kamar sel yang terletak di depan kantor jaksa persis. Kamar selnya digembok dari luar dengan gembok yang besar. Tak lama kemudian aku bersama Hard juga tahanan lain yang semuanya laki-laki disuruh keluar dari kamar sel kejaksaaan dan disuruh berkumpul di suatu tempat dekat pintu keluar. Ternyata kami menunggu mobil kejaksaan yang akan membawa kami ke Rutan city. Setelah mobil itu datang, kami disuruh masuk ke mobil tahanan Kejaksaan satu persatu. Dan setelah semua tahanan masuk mobil tahanan Kejaksaan, mobil kejaksaan itupun berangkat mengantar kami menuju ke Rutan City yang terletak di belakang Lapas Wirogunan.

Sesampai di Rutan City, kami semua disuruh turun dari mobil odong-odong julukan temanku Rin di Rutan alias mobil kejaksaan. Masuk pintu portir Rutan untuk pertama kali dalam hidupku rasanya agak ngeri juga. Pintunya besar dan tinggi banget berwarna biru gelap dan ada beberapa pria-pria berbadan besar dan kekar berseragam biru-biru membuatku sedikit seram  ketakutan. Inilah Rutan yang akan kutinggali setelah pemindahanku dari tahanan Polsek Kotagede menjadi tahanan Kejaksaan huhuhu... 

Rutan merupakan singkatan dari kata Rumah Tahanan kejaksaan. Rutan dihuni oleh semua tahanan yang menjalani sidang-sidang yang berurusan dengan kejaksaan yaitu  sidang dakwaan, sidang tuntutan, sidang pembelaan dan sidang vonis hakim. Setelah turun dari mobil kejaksaan, kami kemudian disuruh masuk semua satu demi satu memasuki pintu portir yang menurutku menyeramkan sambil dihitung oleh petugas. Kami berbaris dan dihitung, setelah dihitung, kami semua di suruh masuk ke kantor portir yang terletak di sebelah kanan pintu portir. Ruangan itu bersih dan agak luas berlantai keramik putih. Semua tahanan laki-laki disuruh duduk di lantai sedangkan aku yang tahanan wanita sendirian duduk di kursi. 

Yang pertama diperiksa tentu saja aku, mungkin karena aku yang sedang duduk dekat petugas portir. Barang-barang bawaanku diperiksa semuanya. Anting-antingku disuruh lepas, demikian juga kalungku disuruh simpan. Selama di Rutan, ternyata aku tidak boleh memakai perhiasan. Isi dompetku pun diperiksa dengan disuruh petugas portir untuk membukanya dan uangku dalam dompet dihitung terperinci lalu ditulis dan dimasukkan dalam buku tabungan yang disediakan di Rutan. Uangku berjumlah seratus delapan puluh ribu rupiah, sisa belanja keperluanku di Polsek Kotagede. Di Rutan ternyata semua tahanan tidak boleh memegang uang tunai, dan Rutan menyediakan segala kebutuhan sehari-hari para tahanan di koperasi Rutan. Pembelanjaan para tahanan tentu saja memakai buku tabungan yang masih ada saldonya. Jika tahanan yang tidak mempunyai uang, ya tidak boleh belanja ke koperasi Rutan hehehe..kecuali dibelikan teman hehehe... 

Ketika kita belanja, yang akan kita beli ditulis di kertas kecil yang disediakan koperasi Rutan. Setelah kertas kecil itu dikumpulkan, lalu kita yang mau belanja mencari nama kita dulu di tumpukan buku tabungan warga Rutan setelah ketemu kita liat saldo kita dan kalau mencukupi buat belanja maka kita boleh membelanjakan uang dalam buku tabungan Rutan dengan dikumpulkan jadi satu dengan milik teman lain yang juga belanja dan ditaruh di etalase koperasi Rutan. Setelah itu kita akan dipanggil satu persatu untuk mengambil belanjaan kita. Dan saldo tabungan kita akan dikurangi total pembelanjaan barang di koperasi Rutan saat itu, dan hasilnya ditulis di buku tabungan lagi.

Setelah semua barang-barangku dan juga barang-barang bawaan tahanan lain diperiksa, kami semua digiring masuk pintu portir tahap dua menuju ke kantor KPR. Di kantor KPR aku dan tahanan lain disuruh duduk di lantai keramik putih dengan berjejer memanjang ke samping. Aku duduk di paling pojok sendiri sebelah kanan dekat tembok. Tak lama kemudian aku didatangi petugas wanita yang berkulit putih dan masih berusia muda, aku disuruh mengikuti dia dan aku diajak menuju kamar mandi yang terletak di sebelah kantor KPR. 

Di kamar mandi itu aku disuruh masuk dan disuruh melepas bajuku sampai celana dalamku juga. Wealah aku malulah, masa aku disuruh telanjang di depan petugas wanita yang belum kukenal huhuhu...tapi apa dayaku sebagai seorang tahanan lalu akupun mulai membuka bajuku pelan-pelan dengan malu-malu kuciang hehehe.. aku membuka bajuku satu persatu sampai tak sehelai benang pun ada di tubuhku. Dalam benakku berkecambuk pikiran macam-macam,” Kenapa sih aku disuruh telanjang di depan petugas wanita itu”. Setelah disuruh telanjang bulat dan diperhatikan acara pelepasan bajuku di kamar mandi oleh petugas wanita itu dan petugas wanita itu merasa aku tidak menyembunyikan sesuatu dalam bajuku aku disuruh memakai bajuku lagi wealah.. kayak dikerjain aja aku ini hehehe...setelah memakai  bajuku lagi aku diajak ke kantor KPR lagi. 

Di kantor KPR kulihat barang-barangku sudah keluar semua dari tasku dan sebagian berada di meja dan sebagian lagi  berada di lantai dan keadaannya sudah diperiksa petugas laki-laki. Dan ketika aku masuk kantor KPR itu aku langsung ditanyai seorang pria berwajah ganteng dan berpostur tubuh agak gendut yang ternyata adalah kepala KPR. Dia  melihatku dan menanyaiku,

“Kamu nih bawa tang buat apa?”, tanyanya sambil memperlihatkan tang kecil yang kubawa dalam tas kepadaku.

“Untuk membetulkan aksesorisku kalau rusak pak”, jawabku.

Hihihi... aku ke mana-mana memang bawa tang kecil untuk membetulkan aksesorisku, jika gelang, kalung ataupun antingku rusak jadi aku bisa betulin sendiri menggunakan tang itu. Aku penggemar aksesoris seperti gelang, kalung, anting dan punya bermacam-macam jenis dan bentuknya walau sebenarnya gak banyak juga koleksiku. Ketika bepergian kemarin aku membawa tang kecil dua biji itu secara iseng saja hehehe...

“Ini apa?”, tanya kepala KPR  itu sambil memegang Dermawan yang kubeli dari Innovation Store. Dermawan adalah alat pijat wajah yang dialiri listrik berdaya rendah untuk mengencangkan kulit wajah.

“Itu Dermawan pak, untuk perawatan wajah, ditancapkan ke listrik menggunakannya”, jawabku.

“Kamu ini seperti salon berjalan ya!”, kata kepala KPR itu.

Aku hanya diam saja, tidak menjawab.. lha mau jawab apa coba aku ini hehe.. Ya wajar saja jika kepala KPR komentar seperti itu karena di tasku juga terdapat gunting rambut, gunting sasak, dan pisau cukur yang kudapat dari les salon di LPK permata di komplek Hasanuddin tanah mas Semarang. Iseng juga aku membawanya pergi ke mana-mana, dengan pikiran suatu saat pasti aku akan membutuhkannya hohoho...

“Kamu kok bisa membawa HP tuh bagaimana ceritanya?”, tanya kepala KPR itu kepadaku ketika dia melihat ada HP di tasku juga.

“Ow itu barang bukti saya pak. Tadi diserahkan polisi Polsek Kotagede kepada saya sewaktu saya hendak dikirim ke kejaksaan tadi”, jawabku.

“Besok kalau ada saudaramu yang datang ke sini, HPnya dibawa pulang ya”, katanya.

“Iya pak”, jawabku.

“Ini barang-barangnya ditatain!”, kata kepala KPR itu lagi.


Akupun segera menghampiri barang-barangku yang sudah diperiksa. Aku  memilih  barang-barangku yang akan kubawa ke dalam tahanan, dengan tanya kepada petugas disitu barang yang mana yang boleh di bawa masuk tahanan dan barang yang mana yang tidak boleh dibawa masuk tahanan. Dan tas yang boleh kubawa hanya boleh satu biji, jadi aku memilih tas yang ukurannya lebih besar sedang tasku yang ukurannya lebih kecil, kutinggal di KPR beserta dompetku, dua buah tang kecil, satu gunting rambut, satu gunting sasak, satu pisau cukur, dan sebuah HP Nokia 5610 Express Music dan beberapa aksesorisku seperti anting, kalung dan gelang. Yang nantinya barang-barang tersebut yang kutinggal di KPR akan diambil oleh adikku yang membesukku ke Rutan dan sementara akan dibawanya  ke Malang. Jauh e..hehehe..

(bersambung ke bag.2)

2 komentar:

  1. bagus banget share pengalaman nya mbak.. kebetulan istriku sudah lebih sebulan ini jadi penghuni lapas wanita tangerang..

    BalasHapus
  2. syukurlah klo pengalamanku berguna untukmu dan istrimu. Jbu

    BalasHapus