Selasa, 10 Maret 2015

(2) RUTAN CITY

Dari KPR semua tahanan digiring menuju Poliklinik untuk diperiksa. Aku ditimbang berat badan dan dites kehamilan menggunakan test pack. Berat badanku waktu itu 53kg dan tinggi badanku 163cm.

“Mbak, aku gak hamil kok pakai tes kehamilan?”, tanyaku.

“Ini prosedur dari sini”, kata petugas wanita di poliklinik yang kutemui.

“Lha aku gak mungkin hamil, wong sudah steril”, kataku.

“Ya, tapi harus tetap diperiksa pakai tes kehamilan”, jawabnya.

Akhirnya akupun menuju kamar mandi poliklinik bersama seorang wanita berkaos biru yang akhirnya kuketahui belakangan kalau dia tamping blok wanita. Di kamar mandi aku mengambil sedikit air seniku dan kumasukkan di tempat yang sudah disediakan, untuk bahan tes kehamilan.

Setelah itu ditimbang berat badannya semua tahanan yang baru masuk Rutan itu, dan semua ditanyain satu persatu punya riwayat penyakit parah atau tidak. Selesai pemeriksaan kami semua kembali ke KPR untuk kemudian digiring  ke blok sesuai jenis kelamin tahanan oleh petugas yang lagi tugas jaga blok di tempat dimana kami mulai ditahan di Rutan. Setelah berkemas-kemas dan siap keluar dari kantor KPR, kami semua disuruh membaca tata tertib yang berlaku di Rutan bersama-sama dengan suara lantang. Setelah selesai membaca, baru kami semua beranjak pergi membawa barang bawaan kami masing-masing menuju kamar sel yang baru di dalam Rutan. Aku berjalan digiring petugas wanita yang menjemputku ke kantor KPR yang tadi sudah menyuruhku telanjang dalam pemeriksaan tadi di dalam kamar mandi KPR. Aku berjalan mengikuti petugas wanita itu menuju ke blok wanita. Aku berjalan separo mengelilingi lapangan kecil Rutan, lalu aku dibawa masuk ke suatu tempat bangunan bertingkat, ketika memasuki bangunan bertingkat aku melihat tulisan Srikandi. Nama itu tertulis di luar tembok bangunan dan juga ada tulisan Arimbi. Bangunan ini berlantai 3. Lantai pertama untuk kegiatan binker para tahanan yaitu jahit, juga jika ada acara masak memasak para tahanan, hal itu kuketahui belakangan setelah aku semalam mulai jadi penghuni tetap Rutan.

Pertama kali masuk bangunan itu, aku masuk sampai di anak tangga yang menuju lantai 2. Dan disinilah awal aku mulai menjalani hukuman penyambutan masuk penjara di Rutan untuk pertama kalinya atau istilah kerennya  welcome to penjara alias selamat datang di penjara. Petugas wanita yang sepertinya bersifat lembut itu menyuruhku jalan jongkok dari anak tangga pertama sampai teratas. Waduh... gimana nih pikirku. Aku  dengan perasaan campur aduk antara mau, sedih, takut dan nelangsa, mulai menjalankan perintah petugas itu. Dengan membawa tas bawaanku berisi baju-bajuku dan peralatan mandiku, aku mulai jalan jongkok naik dari anak tangga pertama sampai seterusnya. Ku naiki anak tangga itu satu demi satu perlahan-lahan banget lha wis pie aku kan bawa barang bawaanku yang garuh-garuhi jika aku jalan jongkok hehehe... Ketika aku lagi kesusahan menaiki tangga dengan berjalan jongkok, tamping wanita yang tadi bertemu aku di poliklinik muncul inguk-inguk di tikungan tangga sambil melongok ke bawah melihat ke arahku. Ternyata dia disuruh ibu petugas mengawasiku menaiki anak tangga dengan berjalan jongkok. Melihat keadaanku yang kerepotan, tasku yang kubawa akhirnya diminta dia agar aku bisa lebih mudah untuk menaiki anak tangga dengan jalan jongkok. 

Akhirnya sampai juga aku di kantor blok wanita yaitu ruangan kecil berisi meja besar dan kursi juga lemari yang dihiasi jeruji besi yang menyeramkan, setelah   aku sampai di ruangan itu kemudian aku disuruh duduk di lantai yang hanya diplester semen. Aku melihat petugas lain di blok wanita yang sedang duduk di kursi. Aku kemudian ditanyai tentang kasusku dan tentang Rei, mereka tahu tentang Rei karena mereka memeriksa buku alamatku yang kuisi dengan coretan-coretan curahan hatiku tentang Rei. Kemudian barang-barangku diperiksa lagi, alat-alat yang kubawa seperti gunting kuku, pinset, pencetan jerawat, lidah ular (alat menicure pedicure), alat pijat refleksi yang terbuat dari kayu kelapa disimpan di kantor petugas karena tidak boleh dibawa masuk ke dalam blok wanita. Setelah barang-barangku diperiksa, aku disuruh melanjutkan hukuman penyambutan “welcome to penjaranya” dengan jalan jongkok lagi bolak balik dari ujung tembok satu ke ujung tembok lainnya, yaitu dari tempat dispenser paling pojok sampai ke ujung tembok depan kamar tahanan paling ujung padahal jaraknya lumayan jauh lho. Mungkin kurang lebih 20 meter sekali jalan jongkok dan aku disuruh jalan jongkok 25x bolak balik lho kebayang gak capeknya. Di lorong “Sudirman”, sebutan keren Rin untuk lorong yang terletak diantara kamar-kamar sel tahanan sampai ruang untuk melihat TV itu hukuman jalan jongkokku kulakukan. Jalan jongkokku yang kulakukan berkali-kali membuatku, aku yang berwajah putih mulai memerah wajahku dan mulai mengeluarkan keringat dan nafaskupun mulai terengah-engah kecapekan, capek bianget tahuk.....untung saja teman-temanku pada baik hati, mereka membantu menghitung hukumanku dengan mempercepat hitungannya sehingga aku cepat menyelesaikan hukumanku hehehe...  

Setelah itu hukuman selanjutnya yaitu  merayap sebanyak 25x juga haddeh tambah capekkk..merayapnya seperti yang dilakukan tentara. Ternyata merayap itu susah juga lho ya, aku terganggu dengan keadaan siku kiriku yang cidera dimana pernah retak ketika dulu pernah ditabrak sepeda motor sewaktu menyebrang jalan di tikungan Gereja Katolik Pakem Kaliurang. Waktu itu aku masih tinggal di Yogya beberapa tahun yang lalu dan anak pertamaku dulu masih sekolah di TK ketika aku tertabrak sepeda motor, kondisiku tertabrak ketika aku sedang menyebrang jalan menuju TK anakku yang terletak di sbrang jalan. Lalu dengan kejadian itu menyisakan cacat di siku kiriku karena retak. Kalau untuk menyangga tubuhku dengan posisi merayap terasa sakit sekali siku kiriku itu karena pernah retak itu, tapi akhirnya kuakali merayapnya dengan menumpu pada lututku agar bisa merayap cepat. Hasilnya tetap aja selesai merayap kedua sikuku tetap terluka dan lecet-lecet tergesek lantai penjara yang hanya dipoles semen tanpa keramik. Baju yang kupakai dan celana warna coklat susu yang kupakai terlihat kotor sekali hasil ngesot merayap bolak balik dari ujung ke ujung lainnya lagi.

(bersambung ke bag.3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar