Dari KPR semua tahanan digiring menuju Poliklinik untuk diperiksa. Aku
ditimbang berat badan dan dites kehamilan menggunakan test pack. Berat badanku waktu itu 53kg dan tinggi badanku 163cm.
“Mbak, aku gak hamil kok pakai tes kehamilan?”, tanyaku.
“Ini prosedur dari sini”, kata petugas wanita di poliklinik yang kutemui.
“Lha aku gak mungkin hamil, wong sudah steril”, kataku.
“Ya, tapi harus tetap diperiksa pakai tes kehamilan”, jawabnya.
Akhirnya akupun menuju kamar mandi poliklinik bersama seorang wanita
berkaos biru yang akhirnya kuketahui belakangan kalau dia tamping blok wanita. Di kamar mandi aku mengambil sedikit air
seniku dan kumasukkan di tempat yang sudah disediakan, untuk bahan tes
kehamilan.
Setelah itu ditimbang berat badannya semua tahanan yang baru masuk
Rutan
itu, dan
semua ditanyain satu persatu punya riwayat penyakit parah
atau tidak. Selesai pemeriksaan kami semua kembali ke KPR untuk kemudian digiring
ke blok sesuai jenis kelamin tahanan oleh
petugas yang lagi tugas jaga blok di tempat dimana kami mulai ditahan di Rutan.
Setelah berkemas-kemas dan siap keluar dari kantor KPR, kami semua disuruh
membaca tata tertib yang berlaku di Rutan bersama-sama dengan suara lantang.
Setelah selesai membaca, baru kami semua beranjak pergi membawa barang bawaan
kami masing-masing
menuju kamar sel yang baru di dalam Rutan. Aku
berjalan digiring petugas wanita yang menjemputku ke kantor KPR yang tadi sudah
menyuruhku telanjang dalam pemeriksaan tadi di dalam kamar mandi KPR. Aku
berjalan mengikuti petugas wanita itu menuju ke blok wanita. Aku berjalan separo
mengelilingi lapangan kecil Rutan, lalu aku dibawa masuk ke suatu tempat
bangunan bertingkat, ketika memasuki bangunan bertingkat aku melihat tulisan
Srikandi. Nama itu tertulis di luar tembok bangunan dan juga ada tulisan
Arimbi. Bangunan ini berlantai 3. Lantai pertama untuk kegiatan binker para
tahanan yaitu jahit, juga jika ada acara masak memasak para tahanan, hal itu kuketahui belakangan setelah aku semalam mulai
jadi penghuni tetap Rutan.
Pertama kali masuk bangunan itu, aku masuk sampai di
anak tangga yang menuju lantai 2. Dan disinilah awal aku mulai menjalani hukuman
penyambutan masuk penjara di Rutan untuk pertama kalinya atau
istilah kerennya welcome to penjara alias selamat datang di penjara. Petugas wanita yang
sepertinya bersifat lembut itu menyuruhku jalan jongkok dari anak tangga
pertama sampai teratas. Waduh... gimana nih pikirku. Aku dengan perasaan campur aduk antara mau, sedih,
takut dan nelangsa, mulai menjalankan perintah petugas itu. Dengan membawa tas
bawaanku berisi baju-bajuku dan peralatan mandiku, aku mulai jalan jongkok naik
dari anak tangga pertama sampai seterusnya. Ku naiki anak tangga itu satu demi
satu perlahan-lahan banget lha wis pie
aku kan bawa barang bawaanku yang garuh-garuhi
jika aku jalan jongkok hehehe... Ketika aku lagi kesusahan menaiki tangga
dengan berjalan jongkok, tamping wanita yang tadi bertemu aku di poliklinik
muncul inguk-inguk di tikungan tangga sambil melongok ke bawah melihat ke
arahku. Ternyata dia disuruh ibu
petugas mengawasiku
menaiki anak tangga
dengan berjalan jongkok. Melihat keadaanku yang kerepotan, tasku yang kubawa
akhirnya diminta dia agar aku bisa lebih mudah untuk menaiki anak tangga dengan
jalan jongkok.
Akhirnya sampai juga aku di kantor blok wanita yaitu ruangan kecil
berisi meja besar dan kursi juga lemari yang dihiasi jeruji besi yang menyeramkan, setelah aku
sampai di ruangan itu kemudian aku disuruh
duduk di lantai yang hanya diplester
semen. Aku melihat petugas lain di blok wanita yang sedang duduk di kursi. Aku kemudian
ditanyai tentang kasusku dan tentang Rei, mereka tahu tentang Rei karena mereka
memeriksa buku alamatku yang kuisi dengan coretan-coretan curahan hatiku
tentang Rei. Kemudian barang-barangku diperiksa lagi, alat-alat yang kubawa
seperti gunting kuku, pinset, pencetan jerawat, lidah ular (alat menicure pedicure), alat pijat refleksi
yang terbuat dari kayu kelapa disimpan di kantor petugas karena tidak boleh
dibawa masuk ke dalam blok wanita. Setelah barang-barangku diperiksa, aku
disuruh melanjutkan hukuman penyambutan “welcome
to penjaranya” dengan
jalan jongkok lagi bolak balik dari ujung tembok satu ke ujung tembok lainnya,
yaitu dari tempat
dispenser paling pojok sampai ke ujung
tembok depan kamar tahanan paling ujung padahal jaraknya lumayan jauh lho. Mungkin
kurang lebih 20 meter sekali jalan jongkok dan aku disuruh jalan jongkok 25x
bolak balik lho kebayang gak
capeknya. Di
lorong “Sudirman”, sebutan keren Rin untuk lorong yang terletak diantara kamar-kamar
sel tahanan sampai ruang untuk melihat TV itu hukuman jalan
jongkokku
kulakukan. Jalan
jongkokku yang kulakukan berkali-kali
membuatku, aku yang berwajah putih mulai memerah wajahku dan mulai mengeluarkan keringat dan nafaskupun
mulai terengah-engah kecapekan, capek bianget
tahuk.....untung saja teman-temanku pada baik hati, mereka membantu
menghitung hukumanku dengan mempercepat hitungannya sehingga aku cepat menyelesaikan
hukumanku hehehe...
Setelah itu hukuman
selanjutnya yaitu merayap sebanyak 25x
juga haddeh tambah capekkk..merayapnya seperti yang dilakukan tentara. Ternyata
merayap itu susah
juga lho ya,
aku terganggu dengan keadaan siku kiriku yang cidera dimana pernah retak ketika
dulu pernah ditabrak sepeda motor sewaktu menyebrang jalan di tikungan Gereja
Katolik Pakem Kaliurang. Waktu itu aku masih tinggal di Yogya beberapa tahun
yang lalu dan anak pertamaku dulu
masih sekolah di TK ketika aku tertabrak
sepeda motor, kondisiku tertabrak
ketika aku sedang menyebrang
jalan menuju TK anakku yang terletak di sbrang jalan. Lalu dengan kejadian
itu menyisakan cacat di siku kiriku karena retak.
Kalau untuk menyangga tubuhku dengan posisi merayap terasa sakit sekali siku
kiriku itu karena pernah retak
itu, tapi akhirnya kuakali merayapnya
dengan
menumpu pada lututku agar bisa merayap cepat. Hasilnya tetap aja selesai
merayap kedua sikuku tetap
terluka dan
lecet-lecet tergesek lantai penjara yang hanya dipoles semen tanpa keramik.
Baju yang kupakai dan celana warna coklat susu yang kupakai terlihat kotor sekali
hasil ngesot merayap bolak balik dari
ujung ke ujung lainnya lagi.
(bersambung ke bag.3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar