Akupun bersalaman dengan mantan suamiku dan akupun berangkat pergi melaju
ke Jakarta. Siang itu sekitar jam 12 an aku pergi melaju dengan mengendarai sepeda
motorku meninggalkan Semarang menuju ke Jakarta. Semua surat-surat sudah
lengkap, dan motorku pun sudah aku service
dan ganti oli juga di bengkel dekat rumahku dengan pertimbangan sekali lagi agar tidak gangguan dalam perjalananku ke Jakarta. Hehehe...Paling
tidak sudah kuantisipasi gangguan di jalan seminimal mungkin iya kan...
Perjalananku ke Jakarta ditemani sms dengan Rei pacar udaraku. Sampai di Kendal
aku mengisi bensin untuk yang pertama kalinya sambil istirahat sebentar duduk
di sebelah penjual minuman dengan membeli minuman dan ke toilet. Sampai di
Cirebon aku mengisi bensin yang ke dua kalinya sambil kebingungan...
“Wah dah malam, gimana nih..aku takut kalau meneruskan perjalanan dalam
gelap...!”, pikirku.
Maghrib aku sudah sampai di kota
Cirebon, rasanya tidak berani deh. Jika harus naik motor sendirian di malam
hari, apalagi melewati bulak- bulak menuju
ke Indramayu. Aku takut akan begal yaitu penjahat yang
akan merampas motorku dan juga takut akan hantu hahaha.... Tiba-tiba aku ingat
kalau aku punya teman di Cirebon. Lalu cepat-cepat kucari di kontakku dalam
hpku dan kuhubungi temanku
yang bernama Rik. Ketika kuhubungi dia, telponku langsung diangkat olehnya dan temanku mengijinkan aku
untuk tidur di rumahnya malam ini. Puji Tuhan, Tuhan sangat baik kepadaku...
Menyediakan yang kuperlukan dan mencukupi segala kebutuhanku. Malam ini aku
menginap di rumah temanku di Cirebon.
“Janganlah hendaknya kamu kuatir, tentang
apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal dan permohonan dengan pengucapan
syukur, damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal akan memelihara hati
dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4 : 6 – 7)
Akhirnya pagi menjelang, akupun bersiap-siap melanjutkan perjalanan menuju
ke Jakarta. Setelah mandi dan dandan aku diajak mampir sebentar ke warung makan
yang menjual makanan khas Cirebon. Setelah selesai makan aku langsung cabut dan
pamitan sama temanku untuk berangkat menuju
ke Jakarta. Sampai di Indramayu, aku dicegat pak polisi, weleh... ada rasia. Dengan
kode gerakan tangan polisi itu menyuruhku, untuk meminggirkan motorku. Motorku diperiksa kelengkapan surat-suratnya
dan polisi yang merasia aku menanyaiku,
“Dari Semarang ya mbak?”, tanya polisi muda yang berkulit hitam berperawakan sedikit
gendut itu sambil melihat plat nomer motorku ketika memeriksa kelengkapan
motorku.
“Wow sendirian?!!! Berani banget.. mau ke mana?”, tanya polisi itu.
“Istirahat dulu yuk di warung situ,” dia menawarkan bantuan sambil menunjuk warung dekat tempat
rasia agar aku istirahat di warung dekat tempat rasia dilakukan.
“Makasih pak, saya buru -buru takut kemalaman lagi di jalan”, aku
menolaknya dengan halus.
“Minta no telp mu boleh gak? Eh siapa tahu ada apa-apa di jalan jadi bisa
menghubungi saya. Oh iya, di daerah Pengumpon sering macet lho,” kata pak polisi itu.
“Oh gitu ya pak..
makasih atas infonya?!”, sahutku.
“Hati-hati di jalan”, kata polisi itu kepadaku.
“Ya,makasih pak”, kataku sambil pergi melanjutkan perjalananku.
(bersambung ke bag.6)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar