Realitas Lapas dipenjara jadi gila
Diceritakan ada seorang WBP yang berusia sudah tua dan terkena pasal 378,
yaitu penipuan. Dia merasa malu dipenjara dan selama dipenjara dia ngaji terus
sampai katam 16x selama dipenjara, wow...tapi tidak diterapkan dalam kehidupan
sehari-harinya selama dipenjara, ketika dia tahu ada tetangganya yang juga
dipenjara bersama dengan dia, dia merasa tambah malu sebagai orang yang
terkenal baik perilakunya. Ketika kurang dari 2 bulan dia bebas dari penjara,
karena saking malunya dan dipikir terus rasa malunya akhirnya dia stres
dan gila. Bukannya dia bebas dari
penjara tapi malah masuk puri nirmala RS bagi bagi orang-orang yang menerita
stres atau gangguan jiwa di pakem.
Canda Lapas saat mau tidur di kamar selku
Yang tak terlupakan ketika saat-saat sudah masuk blok dan bersiap-siap
tidur. Karena belum pada ngantuk sedang aku ngantukan aku selalu sudah stand by
tidur, karena kebiasaanku yang kalau tidur suka terlentang lalu tangan di taruh
di dada, dan selimutan dengan selimut dari kaki sampai kepala. Teman-temanku
pada ngerjain aku, biasanya Wul yang datang dan duduk di sebelahku dan
berpura-pura mendoakan aku,” ya Bapa ampunilah dosa iik “. Dan teman yang lain
pura-pura telpon ambulan hehehe...Dan teman lainnya telpon peti
jenasah...sambil bercanda..telpon pesan ukuran peti berapa trus ada yang
nyeletuk pake balsam gak, kalau gak ada balsam bisa diawetkan dengan
balpirik...setelah itu kami semua tertawa bersama mengisi kesunyian di kamar
sel.
Realitas di Lapas penipu yang ditipu
Pertama aku mengenal wanita ini, kesan pertama wanita yang berjilbab yang
baik, berceritanya sangat menyakinkan. Kebetulan aku seorang yang berpikiran
positif. Dan aku percaya dengan ceritanya, dia cerita kalau dia orang kaya
punya counter hp banyak. Dan dia bekerja dengan sistem bagi hasil karena sistem
bagi hasilnya tidak sesuai dengan perjanjian maka di dilaporkan polisi dan
terjerat pasal penipuan. Lalu dengan cerita dengan teman lain kalau dia
pengusaha martabak manis yang punya cabang 7 tempat. Padahal yang dipenjara
waktu itu hanya 20 an orang jadi kisah satu orang lambat laun 20 orang juga
akan tahu, namanya juga tembok juga ada telinga hehehe..
Fashion show di
Lapas
Aku bersama San dipilih oleh pak Iwan dari BIMASWAT untuk ikut fashion show
ketika ada kunjungan tamu dari STIB9sekolah tinggi ilmu hukum bandung). Fashion
show nya agak lain dari biasanya karena cenderung ke operette, dengan diiringi
lagu yang dinyanyikan langsung oleh pak Iwan sendiri yang memang punya suara
bagus. Yang ikut fashion show waktu itu hanya aku dan San dari blok wanita,
sedang lainnya dari blok laki-laki adalah Ism,Cat, Can, Yog. Ternyata sewaktu
kunjungan itu kami gak hanya ikut fashion show, tapi juga ada testimony. San
menceritakan tentang kasusnya traffiking yang kukumannya 3 tahun denda 120 juta
atau subsider 3 bulan, juga Wid yang terlibat kasus penyalahgunaan jabatan. Dia
menceritakan tentang kasusnya dan dia tidak ingin kasusnya diketahui
anak-anaknya. Jadi anak-anaknya tidak mengetahui jika Wid dipenjara. alasan
yang digunakan adalah bapaknya lagi tugas ke luarnegri. Itu hak Wid untuk
bohong, kepada anak-anaknya agar tidak memberi efek buruk pada perkembangan
jiwa anaknya. Hehe padahal kalau aku, anakku malah mengetahuinya kalau ibunya
lagi dipenjara dan malah dengan polosnya berita yang memuat peristiwa
penangkapanku yang dibeli mantan suamiku malah dipamerkan anak-anakku ke
tetangga sebelah rumahku hehehe..
Setelah testimony ada pertanyaan dari mahasiswa mahasiswi STIHB misalnya
sejak kapan Lapas berdiri, dan sebagainya. Setelah itu ada sesi wawancara
dan semua yang ikut Fashion Show para
WBP diwawancarai oleh mahasiswa dan mahasisiwi dengan kelompok-kelompok kecil.
Aku diwawancarai oleh 1 mahasiswa dan 1 mahasiswi. Pertama kami berkenalan dulu
dan menyebutkan nama. Setelah itu aku ditanyain tentang kasusku. Aku ditanyain
terlibat kasus apa? kujawab dengan aku terlibat kasus penipuan sepeda motor
yang dimiliki oleh polisi PJR..mahasiswi dan mahasiswa yang mewawancaraiku
langsung ketawa hehehe..
“Apakah sudah tahu kalau dari awal motor itu milik polisi?”,tanya salah
satu dari mereka lagi.
Saya bilang,” tetap aja
tertangkap”.
Tapi yang mengajak saya menipu tetap
menjalankan aksinya sampai akhirnya saya tertangkap.
“Rumah ibu dimana?”,tanya salah satu dari mereka.
“Semarang, dipenjara di Yogya karena TKP(Tempat Kejadian perkara) berada di
Yogya. Ceritanya begini, saya dijemput dari Semarang dan diajak ke Yogya untuk
ngambil STNK motor. Kubilang,” ngambil STNK motor kan gampang, tinggal ngambil
saja ngapain pake jasaku segala?” Yang ngajak aku hanya senyum-senyum saja.
Kupikir aku bantu dia ngambil STNK motor pulangnya mesti dapat upah kan lumayan
buat biaya makan aku dan anak-anakku. Oh iya saya cerai dengan suami saya dan
saya tidak mendapat harta gono gini.”
“Lho kok bisa”, tanya salah satu dari mereka.
“Kata mantan suamiku, dulu aku menikah dengan dia tidak
punya apa-apa, sekarang cerai juga gak punya apa-apa.
“Lalu ibu menjalankan aksi penipuan dan mendapat uang?”,
tanya salah satu dari mereka lagi.
“Dapat, tapi saya bisa mencari uang dengan cara lain, saya
bisa nyembuhin orang sakit dengan pijat telapak kaki. Aksi penipuan yang saya
jalankan ini saya jalankan terpaksa karena pekewuh sudah dijemput ke Yogya. mau
gak dijalankan sudah dijemput ke Yogya sedang dijalankan aksinya pasti saya
tertangkap karena korbannya polisi”.
“Ibu kenal dah lama dengan yang mengajak ibu melakukan
penipuan?”, tanya salah satu dari mereka lagi.
“Belum lama, saya kenal lewat koran, lalu dia memanggil
saya lewat telpon untuk memakai jasa saya. Ketika bertemu itulah dia menawari
pekerjaan yang bermacam-macam. Dia mengaku kontraktor, dia bilang suatu saat
menghubungiku untuk memberikan pekerjaan..ternyata pekerjaannya menipu orang
..jahat banget ya orang ini..”.
“Bagaimana dengan anak-anak, apakah tahu kalau ibu
dipenjara?”, tanya salah satu mereka lagi.
“Mereka tahu, dan mereka baik-baik saja. Kasus saya masuk
koran berkali-kali. Dimuat di koran ‘Merapi’, ‘Tribun’ dan mungkin koran
lainnya. dan mantan suami memberikan koran itu kepada anak-anak saya agar
mereka membacanya. Anak-anak saya yang perempuan malah membawa koran yang
memuat berita saya dan diberikan kepada tetangga saya agar mereka membacanya.
“Bagaimana tanggapan lingkungan rumah ketika tahu ibu
dipenjara?”
“Menurut saya sih mereka baik-baik saja dan masih mau
menerima saya. Bagi saya gak masalah tetangga-tetangga saya.
“motor itu dijual berapa?”
“Setelah keluar penjara apa yang akan ibu lakukan?”.
“Bekerja menyembuhkan orang sakit lewat terapi telapak kaki,
dan menerbitkan buku lifestory saya yang berjudul ketika aku ingin dipenjara”.
“Apakah buku itu akan berada di Gramedia?”.
“Smoga aja ada”.
‘Ya , makasih”.
Sesi wawancara dengan mahasiswa Sekolah Tinggi Hukum Bandung |
Sesi wawancara dengan mahasiswa Sekolah Tinggi Hukum Bandung |
(bersambung ke bag.16)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar