Aku dan Hard
digiring masuk ke lantai atas kantor polisi Sleman untuk
di BAP. Aku dan Hard berjalan beriringan dan kulihat Hard berjalan terpincang-pincang. Bekas tapak kakinya ketika
melangkah naik di tangga lantai keramik yang putih bersih di kantor polisi
meninggalkan noda darah segar. Bagian atas
matanya terlihat bengkak, juga bibirnya. Baru kali ini aku melihat
langsung seorang penjahat dipukuli polisi sampai kayak gitu huhu..ngerinya. Setelah
selesai BAP, kami digiring ke ruang tahanan Polres Sleman dan aku tidak memakai sandal dan tidak membawa tasku yang berisi pakaian dan peralatan mandi juga
kosmetikku yang kutaruh di lantai atas kantor polisi ketika aku di BAP tadi. Demikian
juga Hard yang memang tidak memakai sandal dari rumahnya ketika ditangkap
semalam. Hard tidak membawa apapun kecuali baju yang melekat di badannya
yaitu kaos hitam dan celana pendek sobek-sobek. Selasa pagi itu aku dan Hard mulai masuk sel sebagai tahanan Polres Sleman. Aku berjalan masuk ke rumah tahanan Polres
Sleman dengan sangat penasaran clingak- clinguk antusias hehe.. Untuk melihat untuk yang pertama kalinya tentang bagaimana keadaan ruang tahanan itu dan akhirnya eng ing engggg..inilah suasana penjara yang
akan kunikmati untuk pertama kalinya dalam hidupku. Aku berjalan masuk sambil masih clingak
clinguk mencoba melihat semua yang bisa kulihat dengan antusias. Aku menghuni kamar sel yang berukuran kecil yang kuhuni
sendirian yang terletak dari pintu portir kamar sel yang ke 3, sedang Hard berada di kamar sel yang ke 4 dan paling pojok sendiri. Ketika aku masuk kamar sel
untuk pertama kalinya, aku masih berdiri bengong liat ke dalam sel dan tiba-tiba pintu kamar selku sudah langsung digembok dari luar dan yang pasang gembok
bergegas pergi.
Aku gak perduli masalah gembok-mengembok pintu kamar selku
karena aku lagi fokus mengamati seluruh isi selku hehe..pengalaman yang
mendebarkan ya, tapi inilah aku yang sedang antusias mengamati seluruh isi selku untuk pertama kalinya dalam hidupku sambil
komentar dalam hatiku,”Oooo... ini tho
yang namanya penjara
hehehe…”.
Mataku memandang sekelilingku tanpa berkedip kurasa, saking
seriusnya mengamati isi kamar selku seperti pengunjung museum mungkin gayaku
mengamatinya hehehe.., ruangan yang kuhuni kecil banget seluas 2x2,5 meter kukira dengan dipan yang terbuat dari semen dan dialasi tikar tua juga
gulungan koran bekas yang sepertinya bekas buat bantal tahanan yang lalu. Lalu
kutengok kamar mandinya yang berukuran lebih kecil lagi. Keadaannya gelap tiada
berlampu dan kotor karena berwarna cenderung hitam bak mandinya, tembok kamar mandinya juga
lantai kamar mandinya hm... Kutengok gembok yang besar sekali dipasang oleh polisi di pintu kamar selku
hohoho...setelah memandang sebentar isi selku, akupun mencoba duduk di dipan
semen itu. Aku merasakan dipan semen yang dingin dan keras kemudian aku memandang
jeruji besi yang dicat perak di sekitar pintu selku dengan pandangan takjub
berbinar-binar hahaha..... lha wis
aku belum pernah melihat terali besi penjara yang asli kayak gini hehehe…. puas memandang terali besi yang asli punyanya penjara, aku mencoba ke kamar mandi meneliti air di bak dan melihat
apa saja yang terdapat di kamar mandi. Walah.... Kamar mandinya itu lho kok kotor dan gelap gak ada lampunya lagi huhuhu...aku merasa jijik dan takut melihat kondisi kamar mandi seperti itu.
Yang jadi masalah bagiku saat itu adalah tidak ada lampu di kamar mandi, oh..my
God. Gelapppp.. ini benar-benar tragedi bagiku, aku kan takut gelap. Dan masalah ke 2
adalah pintu kamar mandinya itu lho yang hanya setinggi bahu, ya kelihatanlah jika aku mandi hohoho..
“ Wah kalau aku mandi keliatan dong badanku..”, pikirku sambil mempraktekkan
gayaku jika mandi nanti dengan mencoba berdiri di belakang
pintu kamarmandi yang sudah kututup itu dan melihat
ke arah pintu kamar selku hehe... Lalu aku berjalan keluar dari kamar mandi dan
melirik handuk kecil berwarna pink pudar dan bentuknya sudah robek separo yang niatku
nanti tak buat lap saja hehe...
Aku berjalan kembali ke arah tempat tidur yang terbuat dari semen itu dan
mencoba berdiri di dipan semen itu
sambil melihat keluar sel memandangi pemandangan di luar selku sambil batin
dalam hatiku,” Owww...ini tho kondisi sel di Polres Sleman hmm...”. Setelah itu aku mencoba tiduran merebahkan badanku yang
dua malam belum diluruskan
dengan tidur di atas tikar tua di atas dipan
semen dan aku memilih tidur dengan kepalaku kutaruh dekat pintu
kamar sel daripada dekat pintu kamar mandi dengan pertimbangan takut jika ada
makhluk coklat bernama coro yang biasanya muncul dari kamar mandi yang jorok dan mencoba mengerayangiku hehehe...lalu aku mencoba memakai tumpukan
koran bekas,
bekas bantal tahanan yang pernah
menghuni kamar selku kemarin. Tidur pertamaku
di kamar sel Polres Sleman hari Selasa tanggal 30 Oktober 2012 menjadi kenangan
tak terlupakan seumur hidupku. Aku mencoba tiduran dengan posisi terlentang, mataku nanar melihat langit-langit kamar selku, kupandang eternit yang catnya sudah pudar dan ketika kutelusuri
pandanganku di eternit kulihat di pojok
eternit ada kamera CCTV yang letaknya
pas di pojok atas dekat kamar mandi menghadap aku kemudian pandangankupun beralih ke tembok samping tubuhku. Aku mulai
memiringkan badanku ke samping kiriku, dan kulihat tembok tua yang sudah ada beberapa tulisan yang sudah mulai menua terukir di
tembok. Aku juga mulai mencoba ikut mengukir sebuah nama di tembok itu tapi
memakai kuku jari tanganku. Hm mau kutulis nama siapa ya kira-kira hehe...lalu
kuingat sebuah nama yang akhir-akhir ini begitu dekat di hatiku. Nama yang
selalu menemaniku dalam keadaan apapun juga dan nama yang ingin kutemui di
Jakarta yaitu nama Rei. Hm...bagaimana keadaan anak itu sekarang, aku tidak
dapat menghubunginya sejak ditangkap hari Minggu sore tanggal 28 Oktober 2012.
Tuhan belum mengijinkan aku bertemu
dengannya, dan sekarang aku mulai ditahan entah sampai kapan.. apakah Rei masih
mau berteman denganku ketika tahu aku sekarang dipenjara?!.. Pertanyaan itu memenuhi benakku dan akhirnya nama Rei
yang terukir di tembok tua penjara dengan kuku jariku. Nama itu kusentuh pelan-pelan
sambil kupandangi dan pikiranku melayang jauh mengingat kisahku dengan Rei.
Kisah yang manis bagiku, karena anak itu lucu, lugu banget plus nakal tapi baik banget denganku. Rei sayang banget sama
aku dan sangat perhatian, dia jadi teman
ngobrol yang asik dan teman curhat yang baik. Apakah aku akan kehilangan dia, setelah
dia tahu aku dipenjara hehehe...gak taulah.
Hal ini aku pasrahkan kepada Tuhan, kalau
dia teman yang
terbaik untukku, dia pasti tetap mau berhubungan denganku
walau aku dipenjara. Kalau dia bukan yang terbaik untukku, ini saat yang
terbaik untuk melupakannya dan mengakhiri pertemananku dengannya. Ketika
anganku melayang jauh, datang penghuni kamar sel lain, yaitu laki-laki muda
berkulit kuning langsat dan sedikit gendut. Ternyata dia tamping tahanan Polres
Sleman yang kutahu dan
bertugas membagi
jatah makanan dalam penjara. Dia memberiku nasi bungkus dan air minum putih dibungkus plastik kiloan dari sela-sela jeruji besi dan aku
mengulurkan tanganku
untuk menerimanya dan mengucapkan terimakasih. Kemudian
tamping itu pergi dan akupun mencoba melihat isi nasi bungkus yang berisi lauk
ikan pindang goreng dan sayur. Tanpa
berpikir lama langsung kusikat makanan itu hehehe...karena aku sudah kelaparan karena semalam hanya makan dikit di
warung makan padang bersama polisi-polisi yang menangkap Hard. Aku sangat lapar
sebenarnya
tadi jadi ketika mencoba tiduran tadipun aku gak bisa tidur
karena
diganggu perutku yang kelaparan hehehe..kasihannya
aku nie. Ketika selesai makan tiba-tiba berdatangan beberapa tahanan yang berjenis laki-laki
lainnya. mereka menengokku dari luar kamar selku yang terkunci dengan gembok
yang gede banget. Mereka melihatku dan menanyaiku,“Kasus apa mbak?”, tanya salah
satu dari tahanan itu.
“Yang kuat ya mbak di sini”, kata tahanan lainnya lagi sambil melihatku
seolah prihatin atas keadaanku yang masuk penjara.
“Iya makasih”, jawabku.
(bersambung ke bag.5)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar