Hm..sungguh kebetulan sekali ketika aku butuh pekerjaan yang membutuhkan
motor sebagai alat transportasi, aku ditelepon jaksa yang menangani perkaraku
untuk mengambil motorku. Semuanya
serba kebetulan, kebaikan Tuhan ada dimana-mana dan berada di sekitarku..Puji Tuhan. Jumat pagi itupun aku bersiap-siap
ke Kejaksaan, dengan naik ojek. Sesampai di kejaksaan aku mengurus pengambilan
suratnya dengan cepat yang diuruskan jaksa Ev.
Setelah itu aku langsung menuju ke Rubasan, dengan masih diantar ojek.
Rubasan adalah tempat penyimpanan barang
bukti kejahatan. Jadi disitulah tempat menginapnya motorku selama 3 bulan ini.
Karena dipakai sebagai barang bukti kejahatan ketika sidang penipuan motorku.
Proses pengambilan motorku tidak dipersulit dan tidak berlangsung lama juga.
Pengurusan pengambilannya dengan tanda
tangan di sana-sini, juga foto-foto untuk dokumentasi pengambilan motor. Setelah
selesai semua prosedur pengambilan motor kulaksanakan, akhirnya aku bisa pulang juga sambil membawa
pulang motorku, Honda Beat berwarna pink bernomor cantik H 6688 FR, motor yang
telah lama tidak bersamaku selama tiga bulan. Waktu itu aku menyukai angka 8 yang menurutku angka yang sempurna dan cantik. Semua hal yang berbau angka 8, pasti menjadi pilihanku. Pokoknya harus ada
angka delapannya hehe..tapi sekarang dah berubah angka favoritku bukan angka 8 lagi, sejak aku masuk penjara hehehe ..ternyata angka 8
bukan angka keberuntunganku hahaha..
Sekarang aku menyukai angka yang meningkat misal angka 123456789 gitu, menurut
pandanganku biar hidupku juga meningkat
kesejahteraannya maksudnya hehehe...Sesampainya di rumah, kulihat masa berlaku STNK
motorku walah.. ternyata sudah terlambat pembayaran pajaknya. Maka mau tidak mau aku harus
memperpanjang masa berlaku STNK motorku. Dan untuk memperpanjang STNK motor
harus ada BPKB asli yang masih disimpan
oleh mantan suamiku. Jadi aku pun segera telpon mantan suamiku yang sedang berada di Yogya. Oh
ya...mantan suamiku masih
bekerja di Yogya waktu itu. Akhirnya keberangkatanku ke
Jakarta mau gak mau harus aku tunda dulu karena STNK ku sudah habis masa
berlakunya. Waktu penundaanku aku isi dengan service motor agar tidak ada
keluhan motor di
jalan ketika aku sudah di Jakarta besoknya. Dan aku tidak mau motorku
bermasalah di Jakarta karena di Jakarta aku sudah pasti akan
sering memakai motor. Jika surat-suratnya motor sudah habis masa berlakunya aku
bisa berurusan dengan polisi dan aku gak mau hal itu terjadi.
Esok hari sesuai dengan janji mantan suamiku, dia datang ke
Semarang membawakan BPKB motorku. Dan akupun segera bergegas mengurus
perpanjangan STNK motorku di SAMSAT Semarang atas. Di sana aku mengurus
perpanjangan STNK sendiri tanpa menggunakan jasa calo dan ternyata prosesnya
sangat cepat sekali. Dalam perjalanan pulang dari Samsat, aku berpikir untuk
memaketkan motorku ke Jakarta menggunakan jasa kereta api. Tapi biayanya lumayan besar bagiku yang sedang
tidak punya uang, sedang aku mau meminta
uang ke mantan suamiku, aku males. Terpikir saloon tape milikku pernah mau
dibeli oleh Pak Bud yang mengontrak toko mantan suamiku dan dia pernah nawar 300
ribu. Tanpa pikir panjang, setibanya di rumah mantan suamiku, kuberikan saloon tape milikku bersama tape dan VCD ku
kepadanya. Padahal sebenarnya dia hanya membeli saloon nya saja, tapi karena
pikiranku lagi kacau, kuberikan tape deck dan VCD ku lainnya sekalian
kepadanya. Rugi banyak aku hahaha…
Akhirnya dengan membawa uang terbatas, aku bersiap-siap pergi ke Jakarta. Karena
saking terbatasnya aku jadi banyak banget pertimbangan. Ketika lagi pusing
memikirkan biaya ke Jakarta, aku main ke sebelah rumah mantan suamiku. Berbincang
dengan tukang ojek membicarakan kepergianku ke Jakarta sebentar lagi, lalu dia
menyarankan agar aku membawa motor tersebut ke Jakarta dengan menaikinya saja
hehehe..ide bagus bagiku yang minim dana transportasi ke Jakarta.
Komentar tukang ojek ketika
mendengar niatku bentar lagi ke Jakarta,” Halah,kamu dulu bisa nyetir mobil sendiri
berkali-kali ke Jakarta, sekarang bagaimana kalau motormu kamu naiki saja ke
Jakarta!”.
“Oh ya i ya...”, kataku sambil menerawang jauh membayangkan dahulu aku
pernah ke Jakarta nyetir mobil sendiri pas jamannya masih punya mobil.
Aku dulu memang pernah nyetir mobil
sendiri ke Jakarta ketika
daftar di lomba nyanyi untuk ibu rumah tangga yang diselenggarakan Indosiar yang
lokasinya di Ancol dan ketika pernikahan adikku di Jakarta dengan membawa
papaku yang stroke waktu itu agar bisa menghadiri pernikahan adikku yang ragil. Dulu itu tapiii... ketika
aku masih punya mobil hehehe...sekarang aku dah gak punya mobil. Mobil ku dah kujual karena tertipu bisnis Forex.
Awal
mula ceritanya begini, anak kosku menawari bisnis Forex dan bercerita hasil
transaksi Forex yang lumayan besar tiap minggunya jika dia yang
memainkan bisnis Forexnya dan aku tertarik. Aku
mencoba memasukkan uangku berjumlah 500rb ke bisnis Forex yang transaksinya di
jalankan anak kosku. Transaksinya dalam waktu tidak ada 1 minggu
jadi 700rb
kata anak kosku, aku
pun tergiur dengan keuntungannya yang diceritakan anak kos. Akupun mengajak pembantuku dan suamiku, dengan cerita meyakinkan anak kosku. Lalu suamiku juga mengajak teman-temannya untuk ikut
memasukkan uang ke dalam transaksi Forex yang dijalankan anak kosku. Dengan iming-iming janji yang diucapkan anak kosku yang
menjalankan bisnis Forexnya, bahwa uang
yang dimasukkan di bisnis Forex selama kurang lebih 1 minggu akan mendapatkan
keuntungan kurang lebih 20%. Tapi kenyataannya tidak sesuai dengan kata-kata anak
kosku
alias merugi bingit. Ruginya
alasan
anak kosku karena ketika transaksi pas libur hari Paskah dan tanggalnya merah.
Seharusnya
tidak ada transaksi di Forex, tapi anak kosku malah menjalankan transaksi. Dan
hasilnya rugi yang terus menerus dan akhirnya uang puluhan juta amblas di dalam
transaksi Forex yang dijalankan anak kosku. Waduhhh...paijo tenan ni anak
kosku, rugi besar aku dan aku mau gak mau harus tanggung jawab kepada orang
yang kuajak memasukkan
uangnya dalam transaksi Forex. Akhirnya mau gak mau aku menjual mobilku untuk menutup
kerugiannya haahh...mau untung malah buntung....hehehe.. Aku akhirnya mengganti
uang pembantuku
yang memasukkan uangnya ke bisnis Forex ini sedang anak
kos ku yang membuatku rugi banyak, cepat-cepat pindah dari kosku. Alasannya gak
masuk akal.. anak kosku lari dari pertanggungjawabannya dengan
membawa uang transaksi Forex yang masih tersisa di transaksi dan komputer baruku yang baru kubeli untuk menjalankan bisnis transaksi Forex juga digondolnya sampai sekarang...wah resik an tenan anak kos ku itu huft..
Ide yang diusulkan oleh tukang ojek
yang mangkal di sebelah rumah mantan suamiku sangat menarik bingit. Akupun jadi berpikir,“ Aku kan tipe petualang yang suka tantangan, why not hehehe...”.
“Lagian kan lebih ngirit daripada
dipaketkan motormu itu”, kata tukang ojek itu padaku.
Akupun dengan tukang ojek yang mangkal di sebelah rumah mantan suamiku itu lalu
mencoba itung-itungan masalah biaya bensin yang dikeluarkan aku, jika aku mengendarai
honda Beat ke Jakarta, kira-kira beberapa kali isi bensinnya. Dan hasil akhirnya irit banget sepertinya, paling hanya keluar uang 50 ribuan kan murah dengan kondisi aku minim uang hehehe..Hanya dengan pertimbangan irit biaya, akhirnya kuberanikan
diri berangkat ke Jakarta dengan mengendarai sepeda
motor Beat kesayanganku warna pink.
Akupun berangkatnya sangat mendadak sekali dengan habis itung-itungan biaya bensin sama tukang ojek hahaha...aku berangkat berpamitan dengan mantan suamiku yang masih berada di
rumah Semarang dan mendukungku ketika aku
menceritakan niatku untuk naik motor sendirian ke Jakarta. Entah dengan pertimbangan
apa dia mendukungku, gak tau deh...lalu mantan suamiku membantuku mengikat tasku yang berisi baju-bajuku di jog belakang motor dengan tali yang terbuat
dari bekas ban dalam motor yang dipotong memanjang kecil-kecil. Kata mantan suamiku tali dari bekas ban dalam motor
yang dipotong-potong memanjang seperti tali itu lebih kuat daripada tali biasa hmm..yo
wis manut ajalah. Setelah selesai bersiap-siap, akupun berpamitan dengan
mantan suamiku dan berangkatlah aku ke Jakarta sekitar jam 12 siang.
“Iya, sudah sana kerja dulu,” jawab mantan suamiku.
(bersambung ke bag.5)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar