Beranjak keluar rumah bu Yuri, aku langsung berjalan cepat menuju ke arah
keluar perumahan. Aku hanya asal berjalan saja, tidak tahu arah keluar
perumahan. Aku berjalan setengah berlari
dan aku ingin cepat pergi menghilang secepat mungkin dari situasi yang
menyesakkan dadaku ini. Pikiranku yang terpenting sekarang adalah aku harus
keluar dari rumah itu
sekarang juga. Dan selesailah tugasku yang diintruksikan Yanuar padaku. Jantungku berdegup tak beraturan dan
dalam keadaan setengah berlari aku sempat berpikir,”Apaaaa yang sedang
kulakukan ini...!! Gila aku gila... aku benar-benar gila bisa terlibat dalam
peristiwa penipuan ini.. apa kata keluargaku nanti jika mereka tahu apa yang aku lakukan.. seumur-umur aku belum pernah melakukan kejahatan seperti
ini”.
Ketika sedang kebingungan sambil berjalan cepat mencari arah keluar
perumahan, aku melihat mobil APV hitam yang dikendarai Yanuar lagi parkir di pinggir jalan. Kudatangi mobil Yanuar yang parkir di pintu masuk perumahan. Aku langsung membuka
pintu belakang mobil dan langsung masuk sambil menutup pintu mobil secepatnya
karena sangat ketakutan.
“Ini STNK motornya!”, kataku pada Yanuar sambil
masih berdiri di dalam mobil dekat pintu mobil yang barusan kututup. Dibarengi
deru nafasku yang terengah-engah karena tadi aku berjalan sambil setengah
berlari.
“BPKB nya mana ??”, tanya Yanuar santai sambil menengok ke belakang.
“Di rumahnya!”, aku menjawab sekenanya sambil setengah emosi.
Sambil masih berdiri di dalam mobil aku bilang sama Yanuar,“ Kita gak jadi aja ya melakukan penipuan ini, kembalikan saja STNK dan motornya ! lagian BPKBnya gak ada dan berada di rumahnya!”.
Aku masih berharap agar Yanuar gak jadi
menjalankan kejahatan ini jadi aku bisa bernafas lega.
Yanuar yang mendengar keinginanku untuk mengembalikan motor dan
STNK, hanya diam. Seperti lagi berpikir dan tiba-tiba Yanuar tertawa melihatku ketakutan.
“Ya sudah gak apa-apa, nanti motornya dijual sebagai motor estenan.. Ayo kita pergi!”, kata Yanuar setelah berpikir sejenak. Motor estenan artinya motor yang dijual tanpa surat-surat motor.
“Besok lagi kamu jangan ngajakin aku kerja seperti ini lagi! Aku masih bisa
cari uang dengan cara halal!” teriakku marah kepada Yanuar dengan emosi sambil masih berdiri di dalam mobil.
Yakobus 1 : 13 – 15
13. Apabila seseorang dicobai, janganlah Ia berkata :
“Pencobaan ini datang dari Allah!” Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang
jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun.
14. Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya
sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.
15. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia
melahirkan dosa, dan apabila dosa itu telah matang, ia melahirkan maut.
Yanuar lalu menjalankan mobilnya keluar dari perumahan dengan
perlahan-lahan, lalu ketika sampai jalan besar dia membelokkan mobilnya ke arah
kanan dan berhenti. Ternyata Hardex sudah
menunggu di pertigaan di pinggir jalan besar di dekat pintu masuk perumahan itu.Yanuar menghampiri Hardex dengan
masih duduk di dalam mobil APV warna hitam. Yanuar menurunkan kaca mobil dan mengajak bicara dengan Hardex. Yanuar memberi instruksi kepada Hardex agar
membawa lari motornya ke arah Purworejo, jika tidak tahu jalannya maka Hardex disuruhnya
untuk bertanya sama orang yang ditemui
Hardex di jalan. Setelah jelas mendengar instruksi Yanuar maka Hardex langsung melaju
pergi membawa motor kawasaki ninja itu ke arah Purworejo sesuai instruksi Yanuar. Dan Yanuar segera menyusul
pergi juga melanjutkan pelariannya menuju Purworejo menyusul Hardex. Itu kira-kira isi percakapan mereka yang kudengar di
dalam mobil. Karena sudah gak fokus dengan mereka lagi, aku sudah ketakutan pikiranku
jadi buntu gak bisa mikir apa-apa lagi. Hanya diam membisu tak tahu harus mau
apalagi. Setelah selesai diberi instruksi oleh Yanuar, Hardex langsung pergi
memacu motor kawasaki ninja 250cc itu pergi meninggalkan Yanuar. Yanuar menyusul pergi
juga tapi mobilnya melaju santai,Yanuar menjalankan mobilnya
ke arah Magelang. Yanu berpikir Hardex pergi ke arah Purworejo melewati Magelang. Dalam
perjalanan menyusul Hardex, Yanuar tiba-tiba telp
tanya Hardez, “Sudah sampai mana?”.
“Aku lewat Wates kok!”, jawab Hard.
“Aku gak usah dikasih!”, kataku dengan raut muka sebel sama Yanuar.
Aku langsung turun dari mobil Yanuar dan ketika
mau melangkah pergi ke pinggir jalan raya Muntilan Magelang, aku dipanggil Yanuar dan diberi uang 500rb.
Kata Yanuar,”Ini untuk sangu kamu pulang ke Semarang!”.
Aku menerimanya dengan bersungut-sungut tanpa komentar sepatah katapun
sambil ngeloyor pergi.
Dalam perjalananku menuju pinggir jalan besar
meninggalkan Yanuar aku berpikir,” Pokoknya ini yang
pertama dan terakhir aku mau diajak melakukan penipuan ini”. Setelah itu aku sudah tidak peduli lagi
apa yang dilakukan Yanuar dan Hardex di Purworejo. Aku
berjalan menuju warung penjual es kelapa
muda di samping pom bensin itu untuk menghadang bis yang melaju ke arah
Semarang. Hari sudah semakin sore sekitar jam 5 an, aku harap-harap cemas takut
kalau tidak dapat bis untuk pulang ke Semarang. Setahuku kalau hari sudah
malam, tidak ada bis yang dari arah Magelang yang menuju ke Semarang. Aku juga
merasa bingung memikirkan anak-anak yang kutinggalkan tanpa pegawasan orang
yang dewasa. Si kecil yang kembar laki-laki semua masih berusia 2 tahun dan
hanya dijaga kakaknya laki-laki yang masih sekolah SMP klas 3 dan anakku
perempuan yang masih kelas 2 SD. Bagaimana keadaan anak-anakku sekarang, aku
tidak meninggalkan uang kepada mereka untuk membeli makanan. Tadi pagi aku
pergi dengan terburu-buru dan aku sudah bilang kepada Yanuar agar
aku tidak berlama-lama berada di Yogya karena anak-anakku tidak ada yang nungguin. Tak lama kemudian ada
bis ekonomi lewat dan akupun berteriak,” Semarang”.
Sambil memberi tanda berusaha menyetop bis itu! Tak lama kemudian bis itupun berhenti, akupun naik ke bis dengan
tergesa-gesa dan akupun merasa beruntung karena aku bisa mendapatkan tempat
duduk. Dan syukur kepada Tuhan bis yang aku tumpangi langsung menuju ke
Semarang tanpa harus pindah bis lagi di Magelang padahal biasanya di Magelang mesti
oper bis. Aku sampai di Semarang pukul 21.00 WIB kurang lebih. Sampai di rumah
anak-anakku sudah tertidur semua, akhirnya akupun menyusul mereka tidur tanpa sempat membersihkan diri. Aku dalam
keadaan sangat kecapekan dan diliputi ketakutan yang sangat dalam huft.. benar-benar
hari yang melelahkan.
Kurang lebih sebulan kemudian, aku tinggal di Jakarta. Aku tinggal dan
menumpang tidur di rumah adikku yang ke 5. Aku memang berniat ingin tinggal di Jakarta agar dekat dengan
adik-adikku. Selama ini aku hidup jauh dengan mereka dan selama hampir 20 tahun
berpisah dan belum tentu juga setahun sekali aku bertemu dengan mereka. Paling
hanya jika ada saudara menikah atau ada yang meninggal baru aku dapat bertemu
dengan adik-adikku. Ironis ya, sebenarnya aku sedih tinggal jauh dari adik-adikku.
Dan kuputuskan di sisa hidupku aku ingin selalu dapat berkumpul dengan mereka
walau hanya seminggu sekali hanya untuk makan bersama ataupun ngobrol dengan
mereka itu sudah cukup membuatku bahagia. Adik-adikku adalah kebahagiaanku, mereka
adalah hartaku yang paling berharga selain anak-anakku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar