Selasa, 10 Maret 2015

(6) Pekerjaanku yang membawaku masuk ke dalam penjara

Beranjak keluar rumah bu Yuri, aku langsung berjalan cepat menuju ke arah keluar perumahan. Aku hanya asal berjalan saja, tidak tahu arah keluar perumahan.  Aku berjalan setengah berlari dan aku ingin cepat pergi menghilang secepat mungkin dari situasi yang menyesakkan dadaku ini. Pikiranku yang terpenting sekarang adalah aku harus keluar dari rumah itu sekarang juga. Dan selesailah tugasku yang diintruksikan Yanuar padaku.  Jantungku berdegup tak beraturan dan dalam keadaan setengah berlari aku sempat berpikir,”Apaaaa yang sedang kulakukan ini...!! Gila aku gila... aku benar-benar gila bisa terlibat dalam peristiwa penipuan ini.. apa kata keluargaku nanti jika mereka tahu apa yang aku lakukan.. seumur-umur aku belum pernah melakukan kejahatan seperti ini”.

Ketika sedang kebingungan sambil berjalan cepat mencari arah keluar perumahan, aku melihat mobil APV hitam yang dikendarai Yanuar lagi parkir di pinggir jalan. Kudatangi mobil Yanuar yang parkir di pintu masuk perumahan. Aku langsung membuka pintu belakang mobil dan langsung masuk sambil menutup pintu mobil secepatnya karena sangat ketakutan.

“Ini STNK motornya!”, kataku pada Yanuar sambil masih berdiri di dalam mobil dekat pintu mobil yang barusan kututup. Dibarengi deru nafasku yang terengah-engah karena tadi aku berjalan sambil setengah berlari.

“BPKB nya mana ??”, tanya Yanuar santai sambil menengok ke belakang.

“Di rumahnya!”, aku menjawab sekenanya sambil setengah emosi.

Sambil masih berdiri di dalam mobil aku bilang sama Yanuar,“ Kita gak jadi aja ya melakukan penipuan ini, kembalikan saja STNK dan motornya ! lagian BPKBnya gak ada dan berada di rumahnya!”.

Aku masih berharap agar Yanuar gak jadi menjalankan kejahatan ini jadi aku bisa bernafas lega.

Yanuar yang mendengar keinginanku untuk mengembalikan motor dan STNK, hanya diam. Seperti lagi berpikir dan tiba-tiba Yanuar tertawa melihatku ketakutan.

“Ya sudah gak apa-apa, nanti motornya dijual sebagai motor estenan.. Ayo kita pergi!”, kata Yanuar setelah berpikir sejenak. Motor estenan artinya motor yang dijual tanpa surat-surat motor.

“Besok lagi kamu jangan ngajakin aku kerja seperti ini lagi! Aku masih bisa cari uang dengan cara halal!” teriakku marah kepada Yanuar dengan emosi sambil masih berdiri di dalam mobil.

Yanuar hanya tertawa dan berkata,“ Tenang saja, ini aman kok”.

Karena aku  masih sangat ketakutan, aku disuruh duduk di depan tapi aku tidak mau. Aku disuruh Yanuar untuk duduk di depan bersama Yanuar yang sedang nyetir mobil APV hitam itu tapi aku bersikeras untuk tetap berada di belakang dan berada dekat pintu masuk mobil lalu aku tiduran rebah  di lantai mobil. Aku tiduran sambil menaruh kedua tanganku bersidekap di atas dadaku, seperti gerakan orang yang sedang kedinginan. Sambil mataku melihat ke atas seperti menerawang, saat itu aku dalam posisi sangat sangat ketakutan, aku benar -benar ketakutan  sumpah.. Walau aku ingin dipenjara tapi menjalani kejahatan yang bisa membuatku dipenjara takut juga rasanya hehehe.. Takutnya sangat-sangat super takut dan tak bisa kugambarkan saking takutnya. Akupun belum pernah mengalami rasa takut seperti ini sebelumnya. Ohhh..  Tuhan, maafkan aku telah ikut serta melakukan kejahatan ini...

Yakobus 1 : 13 – 15
13. Apabila seseorang dicobai, janganlah Ia berkata : “Pencobaan ini datang dari Allah!” Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun.

14. Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.


15. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa, dan apabila dosa itu telah matang, ia melahirkan maut.

Yanuar lalu menjalankan mobilnya keluar dari perumahan dengan perlahan-lahan, lalu ketika sampai jalan besar dia membelokkan mobilnya ke arah kanan dan berhenti. Ternyata Hardex sudah menunggu di pertigaan di pinggir jalan besar di dekat pintu masuk perumahan itu.Yanuar menghampiri Hardex dengan masih duduk di dalam mobil APV warna hitam. Yanuar menurunkan kaca mobil dan mengajak bicara dengan Hardex. Yanuar  memberi instruksi kepada  Hardex agar membawa lari motornya ke arah Purworejo,  jika tidak tahu jalannya maka Hardex disuruhnya untuk bertanya sama  orang yang ditemui Hardex di jalan. Setelah jelas mendengar instruksi Yanuar maka Hardex langsung melaju pergi membawa motor kawasaki ninja itu ke arah Purworejo sesuai instruksi Yanuar. Dan Yanuar segera menyusul pergi juga melanjutkan pelariannya menuju Purworejo menyusul Hardex. Itu kira-kira isi percakapan mereka yang kudengar di dalam mobil. Karena sudah gak fokus dengan mereka lagi, aku sudah ketakutan pikiranku jadi buntu gak bisa mikir apa-apa lagi. Hanya diam membisu tak tahu harus mau apalagi. Setelah selesai diberi instruksi oleh Yanuar, Hardex langsung pergi memacu motor kawasaki ninja 250cc itu pergi meninggalkan Yanuar. Yanuar menyusul pergi juga tapi mobilnya melaju santai,Yanuar  menjalankan mobilnya ke arah Magelang. Yanu berpikir Hardex pergi ke arah Purworejo melewati Magelang. Dalam perjalanan menyusul Hardex, Yanuar tiba-tiba telp tanya Hardez, “Sudah sampai mana?”.

“Wates”, jawab Hardex.

“Walah kok cepat sekali”, kata Yanuar.

“Aku lewat Wates kok!”, jawab Hard

Ternyata Hardex lewat Wates pergi ke Purworejonya. Sedangkan Yanuar mengira Hardex pergi ke Purworejo lewat Magelang maka Yanuar yang merasa salah jalan dalam perjalanan menyusul Hardex maka Yanuar berniat putar arah. Balik dari jl Magelang menuju ke jl Wirobrajan yang bisa langsung ke Wates. Ketika hendak memutar arah di depan pom Bensin Muntilan, aku langsung dapat ide untuk memisahkan diri dari Yanuar

“Aku turun sini saja, aku mau balik ke Semarang.. anak-anakku tidak ada yang nungguin!”, kataku pada Yanuar.

“Lah pembagian hasil penjualan motor, gimana nanti?”, kata Yanuar.

“Aku gak usah dikasih!”, kataku dengan raut muka sebel sama Yanuar.

Aku langsung turun dari mobil Yanuar dan ketika mau melangkah pergi ke pinggir jalan raya Muntilan Magelang, aku dipanggil Yanuar dan diberi uang 500rb.

 Kata Yanuar,”Ini untuk sangu kamu pulang ke Semarang!”.

Aku menerimanya dengan bersungut-sungut tanpa komentar sepatah katapun sambil ngeloyor pergi.

Dalam perjalananku menuju pinggir jalan besar meninggalkan Yanuar aku berpikir,” Pokoknya ini yang pertama dan terakhir aku mau diajak melakukan penipuan  ini”. Setelah itu aku sudah tidak peduli lagi apa yang dilakukan Yanuar dan Hardex di Purworejo. Aku berjalan menuju warung penjual es  kelapa muda di samping pom bensin itu untuk menghadang bis yang melaju ke arah Semarang. Hari sudah semakin sore sekitar jam 5 an, aku harap-harap cemas takut kalau tidak dapat bis untuk pulang ke Semarang. Setahuku kalau hari sudah malam, tidak ada bis yang dari arah Magelang yang menuju ke Semarang. Aku juga merasa bingung memikirkan anak-anak yang kutinggalkan tanpa pegawasan orang yang dewasa. Si kecil yang kembar laki-laki semua masih berusia 2 tahun dan hanya dijaga kakaknya laki-laki yang masih sekolah SMP klas 3 dan anakku perempuan yang masih kelas 2 SD. Bagaimana keadaan anak-anakku sekarang, aku tidak meninggalkan uang kepada mereka untuk membeli makanan. Tadi pagi aku pergi dengan terburu-buru dan aku sudah bilang kepada Yanuar agar aku tidak berlama-lama berada di Yogya karena anak-anakku tidak ada yang nungguin. Tak lama kemudian ada bis ekonomi lewat dan akupun berteriak,” Semarang”.

Sambil memberi tanda berusaha menyetop bis itu! Tak lama kemudian bis itupun berhenti, akupun naik ke bis dengan tergesa-gesa dan akupun merasa beruntung karena aku bisa mendapatkan tempat duduk. Dan syukur kepada Tuhan bis yang aku tumpangi langsung menuju ke Semarang tanpa harus pindah bis lagi di Magelang padahal biasanya di Magelang mesti oper bis. Aku sampai di Semarang pukul 21.00 WIB kurang lebih. Sampai di rumah anak-anakku sudah tertidur semua, akhirnya akupun menyusul mereka tidur tanpa sempat membersihkan diri. Aku dalam keadaan sangat kecapekan dan diliputi ketakutan yang sangat dalam huft.. benar-benar hari yang melelahkan.

Kurang lebih sebulan kemudian, aku tinggal di Jakarta. Aku tinggal dan menumpang tidur di rumah adikku yang ke 5. Aku memang berniat  ingin tinggal di Jakarta agar dekat dengan adik-adikku. Selama ini aku hidup jauh dengan mereka dan selama hampir 20 tahun berpisah dan belum tentu juga setahun sekali aku bertemu dengan mereka. Paling hanya jika ada saudara menikah atau ada yang meninggal baru aku dapat bertemu dengan adik-adikku. Ironis ya, sebenarnya aku sedih tinggal jauh dari adik-adikku. Dan kuputuskan di sisa hidupku aku ingin selalu dapat berkumpul dengan mereka walau hanya seminggu sekali hanya untuk makan bersama ataupun ngobrol dengan mereka itu sudah cukup membuatku bahagia. Adik-adikku adalah kebahagiaanku, mereka adalah hartaku yang paling berharga selain anak-anakku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar