Selasa, 10 Maret 2015

(10) RUTAN CITY

Kegiatan binker ( Bimbingan Kerja ) para tahanan wanita adalah menjahit. Dan yang boleh mengikuti pelajaran menjahit adalah tahanan lama, sedangkan tahanan baru sementara selama 2 minggu kurang lebih tidak boleh ikut bimbingan kerja menjahit dulu. Yang dikerjakan ketika aku mengikuti kegiatan Binker menjahit adalah menjahit sarung bantal dan sarung guling, membuat pola, dan memotong bahan kain. Selama aku ikut Binker, pekerjaanku menjahit sarung bantal dan dalaman bantal yang nantinya diisi dakron, sedang tahanan lain ada yang menjahit sarung guling dan membuat guling yang nantinya juga diisi dakron pesanan para tahanan dan petugas Rutan

Beruntung aku dari dulu bisa menjahit, karena mendapat pelajaran menjahit ketika aku duduk di bangku SMA dan belajar menjahit dari almarhumah ibuku sendiri, karena ibuku dulu seorang penjahit yang menerima order jahitan dari tetangga-tetanggaku dan merangkap sebagai penjual makanan matang lumpia, bakcang dan lain-lain. Almarhumah ibuku meninggal di Jakarta dalam usia yang masih muda, waktu itu dia masih berusia 47 tahun. Cerita ibuku bisa meninggal di usia muda disebabkan jatuh ketika menuruni anak tangga dari lantai atas dimana ibuku tidur setiap malamnya. Kejadiannya diawali dengan listrik yang mati sekitar subuh jam 5 pagi. Waktu itu mamaku sudah tahu kalau pagi itu papaku pulang ke Jakarta setelah seminggu menungguiku sehabis melahirkan anak pertamaku di Yogya. Mama dan papaku sebenarnya sudah datang ke Yogya dari Jakarta  untuk melihat cucu pertamanya laki-laki yang kulahirkan di Yogya. Namun hanya beberapa hari di Yogya, mamaku sudah cepat-cepat pulang ke Jakarta karena adik-adikku ditinggal di Jakarta sendirian, dan gak ada yang mengurus mereka. Akhirnya terjadilah kecelakaan yang menimpa mamaku di rumah kontrakan orangtuaku itu.


Yang membuat mamaku meninggal tahun 1998 penyebab salah satunya infeksi di tulang lehernya yang terlambat ditangani. Mamaku jatuh pada pagi hari jam 5 subuh, sedang mamaku dapat penanganan rumah sakit jam 4 sore di rumah sakit Agung manggarai.  Situasi sebagian rumah sakit di Jakarta yang tidak mau menerima pasien yang tidak punya uang muka menjadi salah satu pemicu mamaku cepat meninggal. Bagiku rumah sakit di Jakarta terasa sangat kejam waktu itu, mungkin benar ada kata-kata ” Ibu kota lebih kejam daripada ibu tiri” hehehe...kejadian seperti yang dialami mamaku kuharap tidak menimpa orang lain apalagi sekarang sudah ada program baru dari pemerintah yang mempermudah orang mendapat perawatan jika mendadak sakit. Kejadian mamaku jatuh terpeleset di tangga ketika itu kejadiannya terjadi di pagi hari sekitar jam 5 an, mamaku turun dari kamarnya yang terletak di lantai atas dan hendak menjemput papaku yang menurut rencana pulang Jakarta dari Yogya. Mamaku ketika jatuh terjepit di tikungan tangga paling pojok bawah sendiri dengan posisi kepala di bawah menurut cerita adikku laki-laki yang sempat menolong mamaku. Menolongnya dalam keadaan gelap gulita karena lampu PLN sedang mati massal, adikku yang mencoba menolong mamaku merasa kesusahan karena posisi jatuhnya dan dibarengi  mati listrik. Ketika mamaku yang jatuh itu kondisinya langsung stroke, dilihat dari tensi mamaku yang tinggi dan karena tulang lehernya bergeser beberapa milimeter. Sedang saat itu di Jakarta mama hanya tinggal bersama adik-adikku yang masih kecil-kecil. Papaku di Yogya masih menungguiku yang barusan melahirkan anak pertamaku sehingga hasilnya sangat rumit, mama dibawa ke rumah sakit  namun karena tidak ada uang jaminan atau DP jadinya mama ditolak oleh beberapa rumah sakit di Jakarta. Rumah sakit yang tidak menggunakan jaminan adalah RS Gatot Subroto, tapi waktu itu ketika dibawa ke sana peralatannya kurang lengkap untuk menangani kondisi mama yang langsung stroke ketika jatuh. Akhirnya mama pindah RS dan bisa diterima di RS Agung di Manggarai dengan uang DP 400 ribu agar bisa menangani keadaan mama. Uang 400 ribu tersedia dengan meminjam uang tetangga, yang dilakukan oleh saudaraku yang tinggal dekat rumahku. Jika rumah sakit lainnya meminta uang DP 1 juta yang gak bisa disanggupi oleh keluargaku. Ternyata setelah diperiksa RS Agung mamaku yang jatuh dari tangga jam 5 pagi dan baru mendapat perawatan rumah sakit jam 4 sore, tulang leher mamaku cidera bergeser beberapa milimeter dan sudah infeksi. Mamaku setelah ditangani RS Agung akhirnya pulang lagi ke rumah dan di rumah sekitar 1 bulan kemudian masuk  rumah sakit lagi karena menderita demam berdarah hingga meninggal dunia.


Kegiatan gereja yang kujalani memberi penghiburan di hatiku yang memendam kesedihan. Sekuat-kuatnya hati dan jiwaku menghadapi kerasnya dunia, ketika bertemu Tuhan hatiku yang keras pun meleleh, benteng pertahananku yang tegar pun melemah. Aku jadi sering menangis di gereja Rutan, firman Tuhan yang disampaikan sangat menyentuh hatiku seolah-olah Tuhan yang bicara padaku bukan pengkotbahnya yang bicara di gereja. Benteng pertahananku, kekerasan hatiku ambrol, kutumpahkan seluruh bebanku kepada Tuhan, mengadu segala hal yang telah kualami sampai sekarang ini ketika ku menangis di gereja Rutan. Lega rasanya waktu itu aku bisa menangis, dari awal ditangkap sampai aku dibawa ke Rutan, aku tidak pernah menangis lepas seperti waktu itu. Aku yang selama ini selalu menahan tangis, mencoba tegar menghadapi semua yang kujalani luluh ketika aku datang kepada Tuhan. 

Di dalam penjara aku sering menyaksikan cinta kasih Tuhan yang terjadi di dalam hidupku dan akupun sering bersaksi di dalam gereja ketika diberi waktu untuk kesaksian. Kesaksian tentang anak-anakku yang biasanya diajak berdoa susah. Ketika aku dipenjara, anak-anakku bilang padaku bahwa tiap hari mereka mendoakan aku hehe..entah gimana cara berdoanya aku gak tahu, yang penting aku tahu anak-anakku mendoakan aku. Itu hikmah yang terindah di balik penderitaanku ketika aku dipenjara bahwa anak-anakku bisa mendoakan orangtuanya. Hikmah lainnya yaitu pacar udaraku Rei masih mau menungguku hingga aku bebas dari penjara. Walaupun untuk kenyataannya aku tidak tahu bagaimana sebenarnya Rei tapi untuk sekarang ini, Rei masih menungguku dan menguatkan aku ketika aku hubungi lewat telp. Dan Rei berpesan agar aku tetap baik-baik saja keadaannya di penjara dan jangan banyak pikiran juga jangan mengkhawatirkan dia. Rei bilang sayang ke aku, hal ini sungguh menghiburku hatiku yang sedang dipenjara.

(bersambung ke bag.11)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar