Kegiatan binker ( Bimbingan Kerja ) para tahanan wanita adalah menjahit. Dan
yang boleh mengikuti pelajaran menjahit adalah tahanan lama, sedangkan tahanan
baru sementara selama 2 minggu kurang lebih tidak boleh ikut bimbingan kerja
menjahit dulu. Yang dikerjakan ketika aku mengikuti kegiatan Binker menjahit adalah
menjahit sarung bantal dan sarung guling, membuat pola, dan memotong bahan
kain. Selama aku ikut Binker, pekerjaanku menjahit sarung bantal dan dalaman
bantal yang nantinya diisi dakron, sedang
tahanan lain ada yang menjahit sarung guling dan membuat guling yang nantinya juga diisi dakron pesanan para tahanan dan petugas
Rutan.
Beruntung aku dari dulu bisa menjahit, karena mendapat
pelajaran menjahit ketika aku duduk di bangku SMA dan belajar menjahit dari almarhumah ibuku sendiri, karena ibuku dulu seorang penjahit yang menerima order jahitan dari
tetangga-tetanggaku dan merangkap sebagai penjual makanan matang lumpia,
bakcang dan lain-lain. Almarhumah ibuku meninggal di Jakarta dalam usia yang
masih muda, waktu itu dia masih berusia 47 tahun. Cerita ibuku bisa meninggal
di usia muda disebabkan jatuh ketika menuruni anak tangga dari lantai atas
dimana ibuku tidur setiap malamnya. Kejadiannya diawali dengan listrik yang
mati sekitar subuh jam 5 pagi. Waktu itu mamaku sudah tahu kalau pagi itu papaku
pulang ke Jakarta setelah seminggu menungguiku sehabis melahirkan anak
pertamaku di Yogya. Mama dan papaku sebenarnya sudah datang ke Yogya dari
Jakarta untuk melihat cucu pertamanya
laki-laki yang kulahirkan di Yogya. Namun hanya beberapa hari di Yogya, mamaku sudah
cepat-cepat pulang ke Jakarta karena adik-adikku ditinggal di Jakarta
sendirian, dan gak ada yang mengurus mereka. Akhirnya terjadilah kecelakaan
yang menimpa mamaku di rumah kontrakan orangtuaku itu.
Yang membuat mamaku meninggal tahun 1998 penyebab salah satunya infeksi di
tulang lehernya yang terlambat ditangani. Mamaku jatuh pada pagi hari jam 5
subuh, sedang mamaku dapat penanganan rumah sakit jam 4 sore di rumah sakit
Agung manggarai. Situasi sebagian rumah
sakit di Jakarta yang tidak mau menerima pasien yang tidak punya uang muka menjadi
salah satu pemicu mamaku cepat meninggal. Bagiku rumah sakit di Jakarta terasa sangat
kejam waktu itu, mungkin benar ada kata-kata ” Ibu kota lebih kejam daripada
ibu tiri” hehehe...kejadian seperti yang dialami mamaku kuharap tidak menimpa
orang lain apalagi sekarang sudah ada program baru dari pemerintah yang
mempermudah orang mendapat perawatan jika mendadak sakit. Kejadian mamaku jatuh
terpeleset di tangga ketika itu kejadiannya terjadi di pagi hari sekitar jam 5
an, mamaku turun dari kamarnya yang terletak di lantai atas dan hendak menjemput
papaku yang menurut rencana pulang Jakarta dari Yogya. Mamaku ketika jatuh
terjepit di tikungan tangga paling pojok bawah sendiri dengan posisi kepala di
bawah menurut cerita adikku laki-laki yang sempat menolong mamaku. Menolongnya
dalam keadaan gelap gulita karena lampu PLN sedang mati massal, adikku yang
mencoba menolong mamaku merasa kesusahan karena posisi jatuhnya dan
dibarengi mati listrik. Ketika mamaku yang jatuh itu kondisinya langsung stroke, dilihat dari tensi
mamaku yang tinggi dan karena tulang lehernya bergeser beberapa milimeter. Sedang
saat itu di Jakarta mama hanya tinggal bersama adik-adikku yang masih
kecil-kecil. Papaku di Yogya masih menungguiku yang barusan melahirkan anak
pertamaku sehingga hasilnya sangat rumit, mama dibawa ke rumah sakit namun karena tidak ada uang jaminan atau DP
jadinya mama ditolak oleh beberapa rumah sakit di Jakarta. Rumah sakit yang
tidak menggunakan jaminan adalah RS Gatot Subroto, tapi waktu itu ketika dibawa
ke sana peralatannya kurang lengkap untuk menangani kondisi mama yang langsung
stroke ketika jatuh. Akhirnya mama pindah RS dan bisa diterima di RS Agung di
Manggarai dengan uang DP 400 ribu agar bisa menangani keadaan mama. Uang 400
ribu tersedia dengan meminjam uang tetangga, yang dilakukan oleh saudaraku yang
tinggal dekat rumahku. Jika rumah sakit lainnya meminta uang DP 1 juta yang gak
bisa disanggupi oleh keluargaku. Ternyata setelah diperiksa RS Agung mamaku yang
jatuh dari tangga jam 5 pagi dan baru mendapat perawatan rumah sakit jam 4 sore,
tulang leher mamaku cidera bergeser
beberapa milimeter dan
sudah infeksi. Mamaku setelah ditangani RS Agung akhirnya
pulang lagi ke rumah dan di rumah sekitar 1 bulan kemudian masuk rumah sakit lagi karena menderita demam
berdarah hingga meninggal dunia.
Kegiatan gereja yang kujalani memberi penghiburan di hatiku yang memendam
kesedihan. Sekuat-kuatnya hati dan jiwaku menghadapi kerasnya dunia, ketika
bertemu Tuhan hatiku yang keras pun meleleh, benteng pertahananku yang tegar
pun melemah. Aku jadi sering menangis di gereja Rutan, firman Tuhan yang
disampaikan sangat menyentuh hatiku seolah-olah Tuhan yang bicara padaku bukan
pengkotbahnya yang bicara di gereja. Benteng pertahananku, kekerasan hatiku
ambrol, kutumpahkan seluruh bebanku kepada Tuhan, mengadu segala hal yang telah
kualami sampai sekarang ini ketika ku menangis di gereja Rutan. Lega rasanya waktu itu aku bisa menangis, dari awal ditangkap
sampai aku dibawa ke Rutan, aku tidak pernah menangis lepas seperti waktu itu.
Aku yang selama ini selalu menahan tangis, mencoba tegar menghadapi semua yang
kujalani luluh ketika aku datang kepada Tuhan.
Di dalam penjara aku sering menyaksikan cinta kasih Tuhan yang terjadi di
dalam hidupku dan akupun
sering bersaksi di dalam gereja ketika diberi waktu untuk
kesaksian. Kesaksian tentang anak-anakku yang biasanya diajak berdoa susah. Ketika
aku dipenjara, anak-anakku bilang padaku bahwa tiap hari mereka mendoakan aku
hehe..entah gimana cara berdoanya aku gak tahu, yang penting aku tahu
anak-anakku mendoakan aku. Itu hikmah yang terindah di balik penderitaanku ketika aku dipenjara bahwa anak-anakku bisa mendoakan orangtuanya.
Hikmah lainnya yaitu pacar udaraku Rei masih mau menungguku hingga aku bebas
dari penjara. Walaupun untuk kenyataannya aku tidak tahu bagaimana sebenarnya
Rei tapi untuk sekarang ini, Rei masih menungguku dan menguatkan aku ketika aku
hubungi lewat telp. Dan
Rei berpesan agar aku tetap baik-baik saja keadaannya di
penjara dan jangan banyak pikiran juga jangan mengkhawatirkan dia. Rei bilang
sayang ke aku, hal ini sungguh menghiburku hatiku yang sedang dipenjara.
(bersambung ke bag.11)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar