Selasa, 10 Maret 2015

(5) Pekerjaanku yang membawaku masuk ke dalam penjara

Kejadiannya waktu itu sangat cepat sekali dan aku hanya bengong dan kayak robot gak tahu harus bagaimana dan hanya bisa menjalankan instruksi Yanuar secara bingung banget dan terlalu cepat kejadiannya datang. Karena ketika aku  gak mau menjalankan rencana Yanuar di Hotel Sahid, aku langsung diajak ke rumah bu Yuri untuk menjalankan rencana ke 2 Yanuar bersama Hardex. Ketika itu kami datang ke rumah bu Yuri sekitar pukul 15.30 WIB. Ketika datang ke rumah bu Yuri, Yanuar mengungkapkan rencananya lagi. Ketika aku sedang berdebat bahwa aku gak mau melaksanakan instruksinya kurang lebih setengah jam aku berada di rumah bu Yuri, polisi pemilik motor datang . Itu kudengar dari telpon Yanuar yang berbunyi dan ketika diangkat Yanuar, pemilik motor itu memberitahukan bahwa dia sudah berada di lokasi dan sedang mencari rumah tempat transaksi. 

Dan tak lama kemudian polisi itu datang sendirian. Melihat polisi muda itu datang, aku merasa  bingung dan ketakutan. Tapi entah mengapa, polisi muda itu tidak tahu gelagatku yang kacau. Sepertinya dia kurang membaca situasi yang janggal, tidak paham keadaanku. Yang harusnya terbaca dari gerak gerikku yang aneh, yang diliputi ketakutan dan kebingungan yang amat sangat. Yanuar  melihat polisi muda itu sudah datang dia langsung bergegas keluar menyambutnya sambil tersenyum  dimanis-maniskan menemui polisi muda itu dan  memperkenalkan aku sebagai pembeli motor. Huuhhh sebel banget aku. Dan aku hanya bisa tersenyum kecut ikut keluar menyambut polisi muda itu yang berdiri di depan rumah bu Yuri. Tanpa aku tahu harus berbuat apa lagi setelah ini. Tiba-tiba Yanuar pamit pergi meninggalkan aku dan polisi muda itu yang masih berdiri di depan rumah bu Yuri setelah memperkenalkan aku sebagai pembeli motor. Blaik ki ...aku harus gimana setelah ini. Sepertinya Yanuar kemarin memperkenalkan dirinya sebagai makelar motor kepada polisi muda itu kayaknya huft...  Karena  tugas makelar selesai yaitu mempertemukan penjual dan pembeli jadi dia langsung pergi oasem tenan.... Aku bingung harus mulai dari mana menjalankan penipuan sesuai skenario Yanuar. Aku tingak-tinguk tingak-tinguk, kulihat Hardex berdiri di depan rumah menghadap aku, melihatku dan menunggu intruksi dariku wealah bingungnya aku pie ikiiii...akhirnya dalam kebingunganku akupun putuskan  mencoba menyuruh Hardex melihat kondisi motor itu dahulu. Aku kemudian bersama polisi muda itu juga Hardex berjalan menuju lokasi motor itu yang diparkirkan di sebelah rumah bu Yuri. Agak lama kami melihat lihat kondisi motor bersama polisi muda pemilik motor itu juga Hardex, keadaan ini sengaja kulakukan melihat-lihat  motornya agak  lama karena sebenarnya aku lagi mengulur waktu  menenangkan jantungku yang sangat berdebar-debar ketakutan huuhh bingung aku mau ngomong apa setelah ini huft..asem Yanuar bikin aku stres mendadak..

Akhirnya kucoba mengajak berbicara polisi muda  itu,” Pak maaf bisa pinjam kunci motornya buat di coba teman saya, apa masih bagus apa gak motornya.”

Kemudian kunci sepeda motor kawasaki ninja 250 cc itu diberikan polisi muda itu kepada Hardex dan motor itu kemudian langsung dinaiki dan pura-pura  dicobanya oleh Hardex dan langsung dibawanya lari. Polisi itu masih menunggu motornya yang dicoba oleh Hardex di depan rumah. Kuajak masuk rumah bu Yuri, polisi muda itu  gak mau masuk rumah. Aku kebingungan lagi apa yang harus kulakukan setelah ini, karena polisinya gak mau masuk rumah. Aku pun hanya diam sambil berdiri di samping polisi muda itu menunggu Hardex kembali membawa motor polisi itu yang kuketahui gak bakal kembali lagi membawa motor itu karena sudah dibawa lari Hardex. Lama juga aku dan polisi muda itu menunggu di depan rumah bu Yuri, menunggu Hardex kembali dengan motor yang dicobanya. Karena Hardex yang mencoba motor tak kunjung kembali, polisi muda itu  berkomentar, “Nyoba motor kok lama!  apa karena motornya bagus ya , jadi nyobanya kesenengen sampai kemana-mana.”

Mendengar hal itu, aku hanya tersenyum-senyum saja sambil tetap dalam kondisi  kebingungan.  Sepertinya polisi muda itu mau melanjutkan transaksi  setelah motornya kembali setelah dicoba Hardex, tiba-tiba Yanuar telepon aku.

Yanuar dalam teleponnya berkata,” Cepat lari! jangan lupa bawa STNK dan BPKBnya!” Aku menjawab telpon Yanuar,” Masnya gak mau masuk, takut motornya dibawa kabur”.

Entah mengapa setelah mendengar aku berbicara dalam telpon dengan Yanuar ehhh malah  polisi itu mau masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu. Hal ini malah membuatku  tambah gugup,” Waduh gimana nih selanjutnya apa yang harus kulakukan setelah ini apa ya tadi instruksi Yanuar selanjutnya”, batinku sambil berpikir keras.
Kulihat kuitansi di meja yang sudah dipersiapkan Yanuar ketika datang ke rumah bu Yuri. Aku langsung memegang kuitansi itu dan pulpen yang disediakan Yanuar.  Dan saking gugupnya aku,  aku menjalankan instruksi Yanuar tidak sesuai yang digambarkan Yanuar. Seharusnya polisinya yang menulis kuitansi itu jika menjalankan instruksi Yanuar secara benar dan ketika polisi itu sedang menulis kuitansi aku disuruh pergi lewat pintu samping tapi karena saking gugupnya dan ketakutannya aku, malah aku yang menulis kuitansinya. Haddeh... Aku kebingungan menulis kuitansi, aku hanya terbiasa menulis kuitansi pembayaran kamar  anak-anak kosku dan aku buta sama sekali cara menulis kuitansi jual beli motor.

Aku bertanya kepada polisinya,” Mas namanya siapa?”.Tanyaku sambil memegang kuitansi yang sudah tersedia di meja yang sudah disediakan Yanuar ketika datang tadi

 “Aziz”, jawabnya.

“ Ejaannya bagaimana mas..boleh pinjam KTPnya sekalian pinjam STNK nya?”,kataku dan secara tidak sengaja terbersit pikiran alasan yang bisa kupergunakan untuk meminta STNK motor sekalian KTPnya sesuai instruksi Yan.

Setelah KTP dan STNK motor diberikan, secara iseng aku lihat nama di KTP dan STNK ternyata tidak sama, aku bertanya lagi kepada polisi muda itu, “Kok nama di STNK dan di KTP tidak sama?”.

Jawab polisi itu, “Saya beli motor ini second mbak, karena kalau beli baru musti inden dulu, aku gak sabar nunggunya pengin segera punya motor besar”.

Motor yang dipunyai polisi muda  itu, Kawazaki Ninja 250cc th 2011 warna merah dan hitam dan  kondisinya masih kelihatan baru. Kemudian aku menulis nama polisi itu di kuitansi mencontoh namanya yang tertera di KTP polisi muda itu. Dan giliran mau menulis harga motor itu, aku kebingungan harus menulis berapa nominalnya, karena aku tidak diberi tahu harga motor tersebut oleh Yanuar sebelumnya. Aku kan tadi pagi kondisinya langsung dijemput dari Semarang oleh Yanuar dan tidak diberitahu intruksi yang terperinci lagi selanjutnya oleh Yanuar. Hanya disuruh ngambil STNK motor saja ke Yogya, itu tok dan langsung pulang ke Semarang setelah ngambil STNK, hanya itu saja kata Yanuar padaku. Lagian sesuai instruksi Yanuar ketika sampai di lokasi transaksi dalam rangka pengambilan STNK motor aku disuruh Yanuar untuk menyuruh  polisi tersebut menulis kuitansinya dan kesempatan itulah yang dipergunakan aku agar aku bisa kabur dari polisi itu. Yaitu pergi pamit pura-pura masuk rumah sebentar dan aku langsung keluar rumah lewat pintu samping. Jadi kata Yanu  yang menulis kuitansinya bukan aku tapi polisi muda itu.. Tapi saking bingungnya aku malah aku yang nulis huhuhu.. Kuberanikan bertanya kepada polisi tersebut tentang harga motor itu.

“Mas, harga motor nya berapa?”, tanyaku.

“Empat puluh tujuh juta”, jawab polisi muda itu.

Harga itu langsung cepat -cepat kutulis di kuitansi dan saking ketakutannya harga motor itu kutulis empat puluh ribu. Lagi-lagi polisi itu kenapa ya .. tidak curiga denganku. Seharusnya dia curiga denganku karena posisiku sebagai pembeli motor kan  seharusnya sudah tahu harga motor yang sudah  disepakati.  Namun nyatanya aku sendiri tidak tahu berapa harga motor tersebut. Kan anehlah yauw...ya tapi inilah jalanku agar bisa dipenjara hahaha..

Setelah itu aku bertanya lagi kepada dia, “Mas, berapa bikin kuitansinya?”.

“Dua”, jawabnya.

Kuitansi yang pertama sudah kutempeli meterai yang sudah disiapkan Yanu di meja ruang tamu tempat transaksi berlangsung. Oh ya Yanuar sudah menyiapkan kwitansi, pulpen, meterai dua biji di meja tamu bu Yuri. Yang sudah dipersiapkan Yanuar ketika datang ke rumah bu Yuri. Ketika hendak menempel meterai yang kedua, kucari-cari meterainya yang kedua kok tidak ada ya... Sumpah  tadi meterainya ada 2. Yang satu kutempel di kuitansi dan robekan meterai satunya masih ada dan lupa kutaruh dimana karena saking gugupnya aku. Ndilalah..Meterainya yang satu raib entah kemana Hadduh kemana nie meterai...jantungku berdegup kencang. Seandainya kalian bisa mendengar degup jantungku..detaknya banter banget kayak dikejar setan kalee hehehe.. Aku mencari meterai itu kemana mana, celingukan mencari meterai itu ke lantai bawah meja tamu, di atas meja, di kursi yang kududuki dengan perasaan sangat gugup sambil otakku berputar cepat memikirkan bagaimana melanjutkan instruksi selanjutnya dari Yanuar. Dan terbersit pikiranku untuk kabur secepatnya lewat pintu samping. Kupikir inilah kesempatanku untuk kabur sekarang. Aku jadi sempat berpikir sepertinya Tuhan juga mengijinkan aku melakukan penipuan ini  karena kemarin-kemarin aku memang punya keinginan dipenjara hahaha....jadi Tuhan juga mengabulkan keinginanku agar bisa dipenjara hehehe.... makanya hati-hati ya jika punya keinginan jelek akan terkabul jika Tuhan berkenan. Hal ini bisa kurasakan dengan lancarnya transaksi penipuan yang dijalankan, ada aja jalannya yang membuat aku bisa lancar terlibat menjalankan aksi penipuan yang diotaki Yanu itu. Buktinya ketika aku sedang bingung, bagaimana caranya kabur dari tempat itu. Tiba-tiba meterai satunya hilang sepertinya sudah di skenario aja hahaha... Padahal hilang beneran,  Dan moment ini sangat tepat untuk kabur dari polisi muda itu. Kemudian  akupun cepat cepat meminta ijin kepada polisi itu.

“Mas, meterai yang satunya kok hilang yaaa aku cari-cari kok gak ketemu ya...”,kataku.

Polisi itu tau kalau aku memang  lagi mencari meterai satunya itu di hadapannya. Kubolak- balik kuitansinya dan tidak ketemu, kucari dibawah kakiku pun tidak ada. Kucari di meja tamupun tak ada, akhirnya dengan alasan akan mencari meterai lagi, aku masuk ke dalam rumah teman Yanuar yang bernama Bu Yuri itu. Oh ya tadi pas aku datang pertama kalinya ke rumah bu Yuri, aku sudah diajak Yanuar masuk ke dalam rumah itu untuk “menggambar” denah lokasi pelarianku . Yanuar ngasih tau aku, jalan aku lari jika sudah masuk ke dalam rumah bu Yuri dan Yanuar juga ngasih tau cara keluar rumah dari pintu belakang yang ditunjukkan padaku. Sepertinya Yanuar sudah tahu betul sebelumnya isi rumah bu Yuri  karena ketika aku masuk ke dalam rumah bu Yuri ketika datang pertama kali, tak lama kemudian setelah  anak bu Yuri pamit pergi beli lauk sayur yang diantar suaminya. Yanuar mengajakku masuk rumah bu Yuri  dengan santai saja, dan di dalam rumah itu hanya ada anaknya yang sedang tidur di dalam kamar. Lagi-lagi sangat kebetulan semuanya, padahal aku dan Yanuar juga Hardex ketika datang pertama kali tidak dipersilahkan masuk ke dalam rumah lho, hanya duduk di depan rumah. Dengan alasan bu Yuri tidak ada dirumah dan dia sedang di Surabaya tetapi Yanuar nekad dan bersikeras kepada anak bu Yuri dengan mengatakan  sudah meminta ijin bu Yuri untuk melakukan transaksi motor di rumah bu Yuri. Akhirnya aku dan Yanuar juga Hardex ditinggal begitu saja di depan rumah bu Yuri tanpa dipersilahkan masuk rumah bu  yuri, ketika anak bu Yuri lagi pergi beli sayur. Tahu anak bu Yuri pergi, aku kemudian diajak Yanuar masuk ke dalam rumah itu dan  gambar denah rumah untuk lari. Sebenarnya aku bingung juga ketika diajak Yanuar masuk rumah yang pemiliknya lagi pergi beli sayur. Pikiranku hanya sederhana mungkin Yanuar dah kenal dekat dengan keluarga ini jadi berani blusukan di dalam rumah bu Yuri . Kalau pak presiden Jokowi blusukan demi kebaikan kalau Yanuar blusukan rumah untuk tindak kejahatan hahaha… payah tenan...

Kemudian akupun bergegas berdiri dan pamit sambil berkata,“Mas, saya mau cari meterainya dulu”.

Tanpa menunggu jawaban dari polisi itu, aku langsung ngacir masuk ke dalam rumah bu Yuri. Yang dihalangi tirai kain, ketika sampai di balik tirai pembatas ruang tamu dan ruangan dalam rumah, aku melihat laki laki setengah tua lagi tertidur di kursi depan tivi kemudian aku bergegas melangkah ke pintu penghubung ruang tengah dan dapur dan aku bertemu dengan seorang wanita setengah baya yang tadi sempat memperkenalkan diri kepadaku sebagai adik Ibu Yuri ketika aku dan Yanuar duduk di ruang tamu. Akupun bergegas mendatanginya dan berkata kepadanya, “Bu, saya mau beli meterai dahulu karena meterainya kurang satu.”

“Oh ya, di depan sana ada warung ..adik kerja di honda ya??”, tanyanya kepadaku yang kubalas hanya dengan senyuman dan bergegas pergi lewat pintu samping.

(bersambung ke bag.6)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar