Kejadiannya waktu itu sangat cepat sekali dan aku hanya bengong dan kayak
robot gak tahu harus bagaimana dan hanya bisa menjalankan instruksi Yanuar secara bingung banget dan terlalu cepat kejadiannya datang. Karena ketika aku gak mau
menjalankan rencana Yanuar di Hotel Sahid, aku langsung diajak ke rumah bu Yuri untuk
menjalankan rencana ke 2 Yanuar bersama Hardex. Ketika itu
kami datang ke rumah bu Yuri sekitar pukul 15.30 WIB. Ketika datang ke rumah bu Yuri,
Yanuar mengungkapkan rencananya lagi. Ketika aku sedang berdebat bahwa aku gak mau melaksanakan instruksinya kurang lebih setengah jam aku berada di rumah bu Yuri, polisi
pemilik motor datang . Itu kudengar dari telpon Yanuar yang berbunyi dan ketika diangkat Yanuar, pemilik motor itu memberitahukan bahwa dia sudah berada
di lokasi dan sedang mencari rumah tempat transaksi.
Dan tak lama kemudian polisi
itu datang sendirian. Melihat polisi muda itu datang, aku merasa bingung dan ketakutan. Tapi entah mengapa,
polisi muda itu tidak tahu gelagatku yang kacau. Sepertinya dia kurang membaca
situasi yang janggal, tidak paham keadaanku. Yang harusnya terbaca dari gerak
gerikku yang aneh, yang diliputi ketakutan dan kebingungan yang amat sangat.
Yanuar melihat polisi muda
itu sudah datang dia langsung bergegas keluar menyambutnya sambil tersenyum dimanis-maniskan menemui polisi muda itu dan memperkenalkan aku sebagai pembeli motor. Huuhhh
sebel banget aku. Dan aku hanya bisa tersenyum kecut ikut keluar menyambut polisi
muda itu yang berdiri di depan rumah bu Yuri. Tanpa aku tahu harus berbuat apa
lagi setelah ini. Tiba-tiba Yanuar pamit pergi
meninggalkan aku dan polisi muda itu yang masih berdiri di depan rumah bu Yuri setelah
memperkenalkan aku sebagai pembeli motor.
Blaik ki ...aku harus gimana setelah ini. Sepertinya Yanuar kemarin memperkenalkan dirinya sebagai makelar motor kepada polisi
muda itu kayaknya huft... Karena tugas makelar selesai yaitu mempertemukan
penjual dan pembeli jadi dia langsung pergi oasem
tenan.... Aku bingung harus mulai dari mana menjalankan penipuan sesuai
skenario Yanuar.
Aku tingak-tinguk
tingak-tinguk,
kulihat Hardex berdiri
di depan rumah menghadap aku, melihatku dan menunggu
intruksi dariku wealah bingungnya aku pie ikiiii...akhirnya dalam
kebingunganku akupun putuskan mencoba
menyuruh Hardex melihat kondisi motor itu dahulu. Aku kemudian bersama
polisi muda itu juga Hardex berjalan menuju
lokasi motor itu yang diparkirkan di sebelah rumah bu Yuri. Agak lama kami
melihat lihat kondisi motor bersama polisi muda pemilik motor itu juga Hardex, keadaan ini sengaja kulakukan melihat-lihat motornya agak
lama karena sebenarnya aku lagi mengulur waktu menenangkan jantungku yang sangat
berdebar-debar ketakutan huuhh bingung aku mau ngomong apa setelah ini huft..asem
Yanuar bikin aku stres mendadak..
Akhirnya kucoba mengajak berbicara polisi muda itu,” Pak maaf bisa pinjam kunci motornya buat
di coba teman saya, apa masih bagus apa gak motornya.”
Kemudian kunci sepeda motor kawasaki ninja 250 cc itu diberikan polisi muda
itu kepada Hardex dan motor itu kemudian langsung dinaiki dan pura-pura dicobanya oleh Hardex dan langsung dibawanya lari. Polisi itu masih menunggu
motornya yang dicoba oleh Hardex di depan rumah.
Kuajak masuk rumah bu Yuri, polisi muda itu gak mau masuk rumah. Aku kebingungan lagi apa
yang harus kulakukan setelah ini, karena polisinya gak mau masuk rumah. Aku pun
hanya diam sambil berdiri di samping polisi muda itu menunggu Hardex kembali membawa motor polisi itu yang kuketahui gak
bakal kembali lagi membawa motor itu karena sudah dibawa lari Hardex. Lama juga aku dan polisi muda itu menunggu di depan
rumah bu Yuri, menunggu Hardex kembali dengan
motor yang dicobanya. Karena Hardex yang
mencoba motor tak kunjung kembali, polisi muda itu berkomentar, “Nyoba motor kok lama! apa karena motornya bagus ya , jadi nyobanya
kesenengen sampai kemana-mana.”
Mendengar hal itu, aku hanya tersenyum-senyum saja sambil tetap dalam
kondisi kebingungan. Sepertinya polisi muda itu mau melanjutkan
transaksi setelah motornya kembali
setelah dicoba Hardex,
tiba-tiba Yanuar telepon
aku.
Yanuar dalam teleponnya berkata,” Cepat lari! jangan lupa bawa
STNK dan BPKBnya!” Aku menjawab telpon Yanuar,” Masnya
gak mau masuk, takut motornya dibawa kabur”.
Entah mengapa setelah mendengar aku berbicara dalam telpon dengan Yanuar ehhh malah polisi
itu mau masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu. Hal ini malah membuatku tambah gugup,” Waduh gimana nih selanjutnya apa
yang harus kulakukan setelah ini apa ya tadi instruksi Yanuar selanjutnya”, batinku sambil berpikir keras.
Kulihat kuitansi di meja yang sudah dipersiapkan Yanuar ketika datang ke rumah bu Yuri. Aku langsung memegang
kuitansi itu dan pulpen yang disediakan Yanuar. Dan saking gugupnya aku, aku menjalankan instruksi Yanuar tidak sesuai yang digambarkan Yanuar. Seharusnya polisinya yang menulis kuitansi itu jika
menjalankan instruksi Yanuar secara benar dan ketika polisi itu sedang menulis kuitansi
aku disuruh pergi lewat pintu samping tapi karena saking gugupnya dan
ketakutannya aku, malah aku yang menulis kuitansinya. Haddeh... Aku kebingungan
menulis kuitansi, aku hanya terbiasa menulis kuitansi pembayaran kamar anak-anak kosku dan aku buta sama sekali cara
menulis kuitansi jual beli motor.
Aku bertanya kepada polisinya,” Mas namanya siapa?”.Tanyaku sambil memegang
kuitansi yang sudah tersedia di meja yang sudah disediakan Yanuar ketika datang
tadi
“Aziz”, jawabnya.
“ Ejaannya bagaimana mas..boleh pinjam KTPnya sekalian pinjam STNK nya?”,kataku
dan secara tidak sengaja terbersit pikiran alasan yang bisa kupergunakan untuk
meminta STNK motor sekalian KTPnya sesuai instruksi Yan.
Setelah KTP dan STNK motor diberikan, secara iseng aku lihat nama di KTP dan
STNK ternyata
tidak sama, aku bertanya lagi kepada polisi muda itu, “Kok nama di STNK dan di KTP tidak sama?”.
Jawab polisi itu, “Saya beli motor ini second
mbak, karena kalau beli baru musti inden dulu,
aku gak sabar nunggunya pengin segera punya motor besar”.
Motor yang dipunyai polisi muda itu,
Kawazaki Ninja 250cc th 2011 warna merah dan hitam dan kondisinya masih kelihatan baru. Kemudian aku
menulis nama polisi itu di kuitansi mencontoh namanya yang tertera di KTP polisi
muda itu. Dan giliran mau menulis harga motor itu, aku kebingungan harus
menulis berapa nominalnya, karena aku
tidak diberi tahu harga motor tersebut oleh Yanuar sebelumnya. Aku kan tadi pagi kondisinya langsung dijemput dari Semarang oleh Yanuar dan tidak diberitahu intruksi yang terperinci lagi selanjutnya oleh Yanuar. Hanya disuruh ngambil STNK motor saja ke Yogya, itu tok dan langsung pulang ke Semarang setelah ngambil
STNK, hanya itu saja kata Yanuar padaku. Lagian
sesuai instruksi Yanuar ketika sampai di lokasi transaksi dalam rangka
pengambilan STNK motor aku disuruh Yanuar untuk
menyuruh polisi tersebut menulis
kuitansinya dan kesempatan itulah yang dipergunakan aku agar aku bisa kabur
dari polisi itu. Yaitu pergi pamit pura-pura masuk rumah sebentar dan aku
langsung keluar rumah lewat pintu samping. Jadi kata Yanu yang menulis
kuitansinya bukan aku tapi polisi muda itu.. Tapi saking bingungnya aku malah
aku yang nulis huhuhu..
Kuberanikan bertanya kepada polisi tersebut tentang harga motor itu.
“Mas, harga motor nya berapa?”, tanyaku.
Setelah itu aku bertanya lagi kepada dia, “Mas, berapa bikin kuitansinya?”.
“Dua”, jawabnya.
Kuitansi yang pertama sudah kutempeli meterai yang sudah disiapkan Yanu di meja ruang tamu tempat transaksi berlangsung. Oh ya Yanuar sudah menyiapkan kwitansi, pulpen, meterai dua biji di meja tamu
bu Yuri. Yang sudah dipersiapkan Yanuar ketika
datang ke rumah bu Yuri. Ketika hendak menempel meterai yang kedua, kucari-cari
meterainya yang kedua kok tidak ada ya... Sumpah tadi meterainya ada 2. Yang satu kutempel di
kuitansi dan robekan meterai satunya masih ada dan lupa kutaruh dimana karena saking gugupnya aku. Ndilalah..Meterainya
yang satu raib entah kemana Hadduh kemana nie meterai...jantungku berdegup
kencang. Seandainya kalian bisa mendengar degup jantungku..detaknya banter
banget kayak dikejar setan kalee hehehe.. Aku mencari meterai itu kemana mana,
celingukan mencari meterai itu ke lantai bawah meja tamu, di atas meja, di kursi
yang kududuki dengan perasaan sangat gugup sambil otakku berputar cepat memikirkan
bagaimana melanjutkan instruksi selanjutnya dari Yanuar. Dan terbersit pikiranku untuk kabur secepatnya lewat
pintu samping. Kupikir inilah kesempatanku untuk kabur sekarang. Aku jadi
sempat berpikir sepertinya Tuhan juga mengijinkan aku melakukan penipuan ini karena kemarin-kemarin aku memang punya
keinginan dipenjara hahaha....jadi
Tuhan juga mengabulkan keinginanku agar bisa dipenjara hehehe.... makanya
hati-hati ya jika punya keinginan jelek akan terkabul jika Tuhan berkenan. Hal
ini bisa kurasakan dengan lancarnya transaksi penipuan yang dijalankan, ada aja jalannya yang membuat aku bisa lancar terlibat menjalankan
aksi penipuan yang diotaki Yanu itu. Buktinya
ketika aku sedang bingung, bagaimana caranya kabur dari tempat itu. Tiba-tiba
meterai satunya hilang sepertinya sudah di skenario aja hahaha... Padahal
hilang beneran, Dan moment ini sangat tepat untuk kabur dari polisi muda itu.
Kemudian akupun cepat cepat meminta ijin
kepada polisi itu.
“Mas, meterai yang satunya kok hilang yaaa aku cari-cari kok gak ketemu ya...”,kataku.
Polisi itu tau kalau aku memang lagi
mencari meterai satunya
itu di hadapannya. Kubolak- balik kuitansinya dan tidak
ketemu, kucari dibawah kakiku pun tidak ada. Kucari di meja tamupun tak ada, akhirnya dengan alasan akan mencari meterai lagi, aku
masuk ke dalam rumah teman Yanuar yang bernama Bu
Yuri itu. Oh ya tadi pas aku datang pertama kalinya ke rumah bu Yuri, aku sudah
diajak Yanuar masuk ke dalam rumah itu untuk “menggambar” denah lokasi pelarianku . Yanuar ngasih tau aku, jalan aku lari jika sudah masuk ke dalam rumah
bu Yuri dan Yanuar juga ngasih tau cara keluar rumah dari pintu belakang
yang ditunjukkan padaku. Sepertinya Yanuar sudah tahu betul
sebelumnya isi rumah bu Yuri karena
ketika aku masuk ke dalam rumah bu Yuri ketika datang pertama kali, tak lama kemudian setelah anak bu Yuri pamit pergi beli lauk sayur yang diantar
suaminya. Yanuar mengajakku masuk rumah bu Yuri dengan santai saja, dan di dalam rumah itu hanya ada anaknya yang sedang tidur
di dalam kamar. Lagi-lagi sangat kebetulan semuanya, padahal aku dan Yanuar juga Hardex ketika datang pertama kali tidak dipersilahkan masuk ke dalam rumah lho, hanya duduk di depan rumah. Dengan alasan bu Yuri tidak ada dirumah dan dia
sedang di Surabaya tetapi Yanuar nekad dan bersikeras
kepada anak bu Yuri dengan mengatakan sudah meminta ijin bu Yuri untuk melakukan transaksi
motor di rumah bu Yuri. Akhirnya aku dan Yanuar juga Hardex ditinggal begitu saja di depan rumah bu Yuri tanpa dipersilahkan
masuk rumah bu yuri, ketika anak
bu Yuri lagi pergi beli sayur. Tahu anak bu Yuri pergi, aku kemudian diajak Yanuar masuk
ke dalam rumah itu dan gambar denah
rumah untuk lari. Sebenarnya aku bingung juga ketika diajak Yanuar masuk rumah yang pemiliknya lagi pergi beli sayur. Pikiranku
hanya sederhana mungkin Yanuar dah kenal dekat
dengan keluarga ini jadi berani blusukan
di dalam rumah bu Yuri . Kalau pak presiden Jokowi blusukan demi kebaikan kalau Yanuar blusukan rumah untuk tindak kejahatan hahaha… payah tenan...
Kemudian akupun bergegas berdiri dan pamit sambil berkata,“Mas, saya mau cari
meterainya dulu”.
Tanpa menunggu jawaban dari polisi itu, aku langsung ngacir masuk ke dalam
rumah bu Yuri. Yang dihalangi tirai kain, ketika sampai di balik tirai pembatas ruang
tamu dan ruangan dalam rumah, aku melihat laki laki setengah tua lagi tertidur
di kursi depan tivi kemudian aku bergegas melangkah ke pintu penghubung ruang
tengah dan dapur dan aku bertemu dengan seorang wanita setengah baya yang tadi
sempat memperkenalkan diri kepadaku sebagai adik Ibu Yuri ketika aku dan Yanuar duduk di ruang tamu. Akupun bergegas mendatanginya dan
berkata kepadanya, “Bu, saya mau beli meterai dahulu karena meterainya kurang
satu.”
“Oh ya, di depan sana ada warung ..adik kerja di honda ya??”, tanyanya
kepadaku yang kubalas hanya dengan senyuman dan bergegas pergi lewat pintu
samping.
(bersambung ke bag.6)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar