Setelah Hpku diberikan padaku, segera aku
telpon Rei berulang kali, tapi tidak ada
jawaban lalu aku minta ijin sms dan diperbolehkan juga setelah sebelumnya isi
smsku kuperlihatkan kepada polisi itu.
“Say, maafkan aku,
aku ditangkap polisi gara-gara aku terpaksa membantu
pasienku melakukan penipuan motor milik polisi PJR. Dulu kamu pernah bilang mau
memberiku motor Kawasaki Ninja 250cc warna hijau kesukaanku yang menjadi milikmu kepadaku. Motor itu boleh kuminta sekarang gak untuk
mengganti motor polisi PJR yang sudah dijual pasienku,biar aku bebas?”, itu isi
smsku kepada Rei.
Setelah sms itu dibaca dulu oleh polisi gendut berkulit putih itu, aku langsung mengirimkan isi smsku ke nomor hp
Rei. Tetapi kutunggu dari menit ke menit tidak kunjung dibalas smsku
huuu.... Akhirnya kukembalikan hpku 5610 itu kepada polisi
gendut itu. Pasrah aku, mungkin Rei sudah tidak mau berteman denganku
lagi dan melupakan aku karena sekarang aku dipenjara. Mengingat image
penjara kebanyakan buruk huu..Aku tahu, aku salah dan ini
salah satu resiko yang harus kutanggung dan aku harus siap. Ini salah satu
ujian cinta ketika pasangan/kekasih kita dipenjara akankah berlanjut atau
berhenti dan putus,
walau aku dan Rei hanya
sekedar pacar udara
hehehe...
Jam 4 sore, hari Senin tanggal 29 Oktober 2012 aku bersama beberapa polisi
Sleman pergi dengan mengendarai 2 mobil meluncur ke Wonosari, polisi PJR
pemilik motor juga ikut. Menurut pembicaraan polisi-polisi Sleman yang duduk
semobil denganku, kudengar mereka sedang membicarakan kekayaan polisi PJR yang
menjadi korban penipuanku bersama Yanu juga Hard. Kudengar dari gosip polisi-polisi yang membicarakan polisi PJR itu bahwa dia itu orang kaya, mobilnya banyak. Kemarin polisi PJR itu
mengendarai mobil Yaris hitam, sekarang polisi PJR itu mengendarai mobil Grand
Livina abu-abu dan biaya beli bensin ke Wonosari yang membiayai juga polisi PJR itu. Hmmm
polisi PJR yang kaya kata mereka membicarakan polisi PJR itu hehe..polisi
juga manusia yang bisa gossip hahaha... Perjalanan
menuju Wonosari ternyata sangat jauh. Sampai di lokasi rumah Hard hari
sudah malam dan polisi gendut berkulit putih itu tau
rumah Hard dengan melacak dari
pendaftaran no hp pada provider no Hpnya Hard yang tertinggal di dalam mobil.
“Jujur banget orang ini “, komentar polisi gendut berkulit putih itu. Melihat
data alamat yang terdaftar di provider benar alamatnya sehingga sangat
memudahkan Hard dilacak ke rumahnya.
Sesampai di lokasi sekitar rumah Hard, kami berhenti di dekat masjid dan polisi yang
berpakaian preman bertanya kepada penduduk setempat dimana lokasi rumah Hard. Dan seorang pemuda desa situ bersedia mengantarkan
salah satu polisi untuk menyelidiki rumah Hard diam-diam. Setelah lokasinya diketahui, polisi yang meninjau rumah Hard kembali ke lokasi pemberhentian kami yaitu di tempat polisi-polisi
lain menunggu info dari polisi yang
menyelidiki rumah Hard. Setelah dapat info tentang keadaan rumah Hard maka disusunlah rencana penyergapan Hard di dalam rumahnya. Polisi yang berjumlah kurang lebih 10
orang itu menuju ke rumah Hard dengan model infanteri
alias mlampah hehe...itu yang
kudengar ketika mereka menyusun rencana penyergapan. Sedangkan polisi PJR yang menjadi korbanku hanya ditugasi menunggui aku.
Dia menungguiku sambil duduk di belakang setir mobil. Tak
lama kemudian dia menanyaiku memecah kesunyian malam, ketika hp ku yang 5610 yang ternyata dibawa olehnya berbunyi terus...
“Ini siapa tho kok telp di hpmu
terus-menerus?”, tanya polisi PJR itu.
“Ow
itu pacarku,” jawabku.
“Ow”, jawab polisi PJR itu dan terdiam lagi.
“Jangan pak!”, teriak salah seorang penduduk kampung.
Dengan pertimbangan orang kampung ada yang teriak jangan pak...maka kaki Hard tidak jadi ditembak kakinya. Tapi mata kakinya dipukuli
menggunakan batu besar, hingga jalannya pincang-pincang. Ini menurut cerita Hard ketika kami sempat berbincang masalah penangkapan di
rumah Hard ketika kami bertemu dan ngobrol di Polres Sleman untuk
di BAP. Tak lama kemudian belakang mobil yang kutumpangi dibuka oleh polisi
yang memasukkan Hard dengan paksa duduk di lantai mobil di belakangku. Terdengar nafas Hard tersengal-sengal karena habis dipukuli polisi-polisi itu.
Kutengok Hard dari tempat dudukku, kulihat wajah Hard berkeringat..rambutnya agak basah.. wajahnya kotor sepertinya kena tanah. Hard memakai kaos hitam dan celana pendek jeans biru gelap
yang dipotong tak beraturan. Polisi gemuk berusia
tua yang memasukan Hard ke mobil yang
kutumpangi marah-marah dan berteriak-teriak,“Awas kamu di kantor nanti, habis
kamu.. tak pukuli kurang ajar kamu mau melarikan diri.”
Polisi itu marah-marah sambil memborgol Hard memakai tali plastik yang buat taliin kaki ayam itu hehehe.....aku pernah
melihat tali plastik itu tapi dipakai oleh almarhum papaku ketika papaku membawa
ayam bangkoknya pergi entah kemana hehehe..
Setelah itu pintu bagasi mobil
belakang ditutup lagi. Polisi gendut berkulit putih yang sudah duduk di
sebelahku berbicara pelan sambil menengok kepada Hard,“Kamu ngapain mau melarikan diri segala..sekarang kamu
disiksa kan?!”.
Hard diam saja mendengar polisi gendut berkulit putih itu bicara pada Hard. Dan akupun ikut berkomentar, “Hard, mbok ya udah
pasrah aja ditangkap,
aku aja pasrah kok ngapain melarikan diri, wong aku juga sudah
ditangkap”.
(bersambung ke bag.3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar